"Jadi kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya. Selain itu misalnya ada fungsi predasi keseimbangannya terganggu di dalam hutan. Banyak hal yang tidak kita inginkan bisa terjadi misalnya predator keluar dari hutan, serangga yang lebih banyak atau yang lain yang terlalu banyak."
Keberadaan beruk, kukang, dan ekor panjang, ini juga dapat menstabilkan populasi, terutama predator seperti harimau. Dengan ketersediaan mangsa, predator tidak akan masuk ke lingkungan manusia dekat TNBBS.
Melindungi spesies rentan
Pelepasliaran satwa liar merupakan salah satu langkah berkelanjutan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan konservasi di Indonesia. Satwa yang dilepasliarkan BKSDA Bengkulu dan Jawa Barat, BB TNBBS, dan YIARI berasal dari sitaan perdagangan ilegal yang diungkap Polda Metro Jaya.
Setelah diamankan, satwa-satwa ini melewati proses rehabilitasi intensif di pusat rehabilitasi YIARI. Mereka telah dititip dan dirawat YIARI sejak 2021. "Proses rehabilitasi meliputi penilaian mendalam terhadap kesehatan fisik dan perilaku, memastikan mereka siap beradaptasi dengan lingkungan aslinya," terang YIARI dalam rilisnya.
Imam menjelaskan, dalam proses rehabilitasi primata, "lingkungan kandang pun kami upayakan sedekat mungkin dengan lingkungan di tempat aslinya."
"Untuk kukang tentu sangat berbeda dengan makaka (monyet ekor panjang). Kukang kan semi-soliter, jadi dia lebih sendiri-sendiri, dan paling banyak pun kita gabung dua atau tiga [ekor]—itu sudah banyak banget. Dan mereka (kukang) untuk enrichment-nya lebih cenderung ke enrichment pakan."
Pendekatan masyarakat sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Sejak lama, masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan hidup bertetangga dengan ekosistem hutan. Kegiatan pelepasliaran ini pun turut dihadiri masyarakat setempat di Kecamatan Balik Bukit. Pelibatan mereka sangat penting untuk turut aktif menjaga keutuhan wilayah konservasi TNBBS.
BBTNBBS dan YIARI juga melakukan edukasi di sekolah sekitar kawasan untuk menumbuhkan kesadaran tentang konservasi. Edukasi yang dilakukan termasuk fungsi keberadaan dan jenis yang ada di TNBBS.
Tidak ditinggalkan begitu saja, setelah pelepasliaran pihak YIARI dan BBTNBBS akan melakukan pemantauan.
"Takutnya [satwa-satwa] ini turun dan mendekat ke pemukiman. Jadi kami akan berusaha untuk menghindari adanya interaksi negatif antara masyarakat dengan yang kami lepaskan," terang Imam.
Meski demikian, YIARI dan BBTNBBS yakin bahwa pergeseran satwa liar yang dilepasliarkan menuju pemukiman penduduk kemungkinan tidak besar terjadi. Pasalnya, taman nasional ini sangat luas dengan vegetasi yang memenuhi kebutuhan makan dan predator yang bisa mengontrol populasi.