Hari Kanker Paru Sedunia: Orang Indonesia 10 Kali Lebih Cepat Terkena Kanker Paru

By Ade S, Kamis, 1 Agustus 2024 | 08:03 WIB
Usia diagnosis kanker paru di Indonesia lebih muda 10 tahun dari rata-rata global. Kenali gejala dan cara mencegahnya. (Justin Guariglia)

”Risiko terbesarnya rokok, pajanan asbes, polusi, riwayat tuberkulosis, riwayat keluarga. Kanker paru dapat dicegah dan disembuhkan bisa dalam kondisi dini, tetapi 90 persen ini datanya sudah pada stadium lanjut," ungkap Sita dalam diskusi kesehatan virtual, Senin (4/12/2023).

Faktor risiko dan pencegahan

Kanker paru yang terdeteksi pada stadium lanjut membawa konsekuensi yang sangat serius. Pertumbuhan sel kanker yang semakin agresif pada tahap ini membuat peluang kesembuhan semakin tipis. Selain itu, biaya pengobatan yang harus ditanggung pasien pun menjadi jauh lebih besar.

Gejala kanker paru seringkali tidak spesifik dan dapat menyerupai penyakit lain. Batuk kronis, sesak napas, batuk darah, nyeri dada, dan pembengkakan akibat tumor yang menekan pembuluh darah adalah beberapa tanda yang perlu diwaspadai.

Menariknya, dalam beberapa kasus, gejala kanker paru bahkan dapat mirip dengan stroke, seperti kejang-kejang.

”Banyak juga beberapa pasien terdiagnosis kanker paru bukan karena batuk atau sesak napas, tapi tiba-tiba kok lumpuh sebelahnya (stroke). Kemudian, setelah dilakukan CT Scan otak atau MRI otak, ternyata ketahuan di situ ada tumor. Saat dibiopsi, asalnya dari kanker paru,” ungkap Sita.

Kebiasaan merokok menjadi faktor risiko utama kanker paru. Paparan asap rokok secara terus-menerus, baik sebagai perokok aktif maupun pasif, sangat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.

Selain itu, pekerja di industri tertentu seperti pertambangan dan pabrik kaca yang terpapar polusi tinggi juga rentan terkena kanker paru. Riwayat keluarga dengan kanker paru juga menjadi salah satu faktor yang perlu diwaspadai.

Untuk itu, Sita menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi perokok dan mereka yang terpapar polusi udara.

Di sisi lain, masyarakat seringkali percaya bahwa mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak dapat membersihkan paru-paru atau bahkan menyembuhkan kanker paru. Namun, Sita menegaskan bahwa anggapan tersebut tidaklah benar.

"Tidak ada makanan tertentu yang dikonsumsi lebih banyak sebagai antikanker paru. Yang paling penting adalah tidak merokok, rokok elektrik juga memiliki risiko yang sama," tegas dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi di Universitas Indonesia.

Baca Juga: Temuan Baru: Jus Sarunashi Menghambat Kanker Paru-paru pada Tikus