Inza Koné, Primatolog Pertama Pantai Gading yang Sukses Pertahankan Salah Satu Hutan Primer Terakhir di Afrika Barat

By Yussy Maulia, Selasa, 6 Agustus 2024 | 13:25 WIB
Inza Koné, primatolog pertama dari pantai Gading yang meraih penghargaan 2023 Rolex Awards for Enterprise. (Dok. Rolex)

Program konservasi itu juga melibatkan 11 komunitas yang tinggal di sekitar kawasan hutan Tanoé- Ehy.

Pada 2008, Koné juga memimpin kampanye yang menolak rencana pengeringan 8.000 hektare hutan Tanoé-Ehy untuk diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Dengan bantuan kepala suku dan pemimpin komunitas setempat, kampanye tersebut berhasil dan rencana deforestasi dibatalkan.

Saat ini, Tanoé-Ehy telah ditetapkan sebagai cagar alam yang dikelola secara sah oleh komunitas, termasuk 11 desa yang berlokasi di sekitar kawasan hutan.

Untuk memastikan pelestarian ekosistem di kawasan hutan terus dilanjutkan, Koné membantu mendirikan dua lembaga swadaya masyarakat (LSM) konservasi lokal dan organisasi African Primatological Society pada 2017.

Koné juga terlibat dalam penyusunan rencana empat tahun untuk menanam dan memantau pohon di tiga hektar lahan pertanian per desa setiap tahun. Rencana ini termasuk menyiapkan kebun botani di setiap desa yang akan digunakan untuk tujuan pendidikan dan melestarikan flora lokal.

Namun, pekerjaan Koné di wilayah hutan Tanoé-Ehy belum selesai. Berbekal keahlian ilmiahnya, Koné terus mengumpulkan data ekologi hingga menggelar acara edukasi untuk mendukung perlindungan hewan yang berkelanjutan di Pantai Gading.

“Khususnya, saya berharap dapat membuktikan keberadaan colobus merah Miss Waldron yang terakhir kali terlihat hidup pada tahun 1970-an. Pembuktian ini dapat memperkuat alasan untuk (memberikan) perlindungan lanjutan bagi Tanoé-Ehy,” jelasnya.

Pertemuan antara hilir sungai Tanoé dengan Danau Ehy di hutan Tanoé-Ehy, Pantai Gading Selatan. (Dok. Rolex)

Menjadi bagian dari Inisiatif Perpetual Planet

Tujuan mulia yang ingin dicapai oleh Koné melalui berbagai proyek lingkungan sejalan dengan visi misi Inisiatif Perpetual Planet. Sebagai bentuk dukungan, Rolex pun menetapkan Koné sebagai satu dari lima penerima penghargaan global 2023 Rolex Awards for Enterprise.

Untuk diketahui, penghargaan 2023 Rolex Awards for Enterprise diberikan kepada mereka yang dianggap berkontribusi besar melalui proyek yang berfokus pada lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan kesehatan, teknologi terapan, warisan budaya, dan eksplorasi.

Proyek-proyek tersebut pun dinilai berdasarkan orisinalitas dan dampaknya terhadap banyak orang, serta berdasarkan semangat usaha para kandidat.

Baca Juga: Inisiatif Perpetual Planet: Melestarikan Warisan Pasangan Tompkins Melalui Konservasi Taman Nasional di Argentina dan Chili

Bagi Koné, penghargaan 2023 Rolex Awards for Enterprise yang ia terima menjadi “jalan pembuka” bagi dirinya untuk terus mengembangkan proyek konservasi hutan, baik di wilayah Pantai Gading maupun Afrika Barat.

“Harapannya adalah bahwa proyek yang dilaksanakan di Tanoé-Ehy akan dilihat sebagai model sukses untuk konservasi hutan berbasis komunitas di seluruh Afrika Barat,” ujar Koné.

Koné juga mengatakan, Inisiatif Perpetual Planet nantinya diharapkan akan memberikan dukungan dalam perluasan organisasi, pemantauan ekologi, hingga penciptaan kawasan konservasi lintas batas yang diperluas, termasuk hutan-hutan di seberang Sungai Tanoé di Ghana.

Anda dapat melihat berbagai program dan inisiatif   yang   telah   dilakukan   oleh   pemenang 2023 Rolex Awards for Enterprise di https://www.rolex.com/id/perpetual-initiatives/perpetual-planet.