Kisah Sungai Seine, Urat Nadi yang Membentuk Sejarah Paris dan Prancis

By Sysilia Tanhati, Rabu, 7 Agustus 2024 | 16:41 WIB
Sejarah Paris terkait erat dengan Sungai Seine yang mengalir di pusatnya—dari pemukiman Neolitikum hingga Olimpiade 2024. (Savani1987/CC BY-SA 3.0)

Nationalgeographic.co.id—Ketika Olimpiade Musim Panas 2024 dimulai di Paris, kota ini tampil memukau. Alih-alih berlangsung di stadion, upacara pembukaan Olimpiade 2024 ini justru melawan tradisi.

Lain dari biasanya, upacara pembukaan Olimpiade 2024 berlangsung dengan meriah di Sungai Seine. Untuk Parade Bangsa-Bangsa, perahu yang membawa tim peserta meluncur melewati sekitar 300.000 penonton yang berkumpul di dermaga.

Berbalut mitos dan kenangan, Sungai Seine adalah urat nadi kota yang tumbuh di tepiannya. Di sepanjang Sungai Seine, bangunan-bangunan terkenal Paris yang fotogenik berdiri dengan gagah.

Bangunan-bangunan tersebut sangat penting bagi keberadaan Paris. “Bagi warga Paris, ada keterikatan historis dan mendalam yang kuat dengan Sungai Seine,” kata Pierre Rabadan, wakil wali kota yang bertanggung jawab atas olahraga, Olimpiade dan Paralimpiade, dan Sungai Seine.

Sejarah Sungai Seine

Dari sumbernya di Burgundy, Sungai Seine mengalir sejauh 770 km hingga mencapai laut di Le Havre. Ibu kota berada hampir di tengahnya. Kartografi Sungai Seine di Paris telah berubah seiring waktu. Jalurnya berubah karena banjir yang tak henti-hentinya. Cabang dan salurannya akhirnya menyatu menjadi dasar sungai berkelok-kelok yang kita kenal sekarang.

Moto kota dalam bahasa Latin, “Fluctuat nec mergitur—Diombang-ambingkan ombak tetapi tidak tenggelam,” mengingatkan kita pada banjir bersejarah tersebut. Juga pada ketahanan Paris dalam menghadapi banjir-banjir tersebut. Lambang kota tersebut menggambarkan sebuah kapal dengan layar lebar.

Di dekat tepi Sungai Seine di Bercy, bukti permukiman manusia pertama di kota itu ditemukan. Ada temuan arkeologi yang lebih tua di Paris.

Sebuah situs Mesolitikum digali pada tahun 2008 di distrik ke-15 menghasilkan mata panah batu dan fragmen tulang. Semua itu diperoleh dari kamp perburuan di tepi Sungai Seine yang didirikan oleh para pemburu-pengumpul nomaden. Namun, permukiman tetap yang paling awal adalah situs Neolitikum yang digali di penggalian arkeologi Bercy dari 1991 hingga 1992.

“Terletak di kanal Sungai Seine, desa tersebut terpelihara dengan baik di bawah lapisan sedimen yang ditinggalkan oleh banjir,” kata Sylvie Robin, kepala kurator arkeologi di Museum Carnavalet.

“Kami menemukan jejak pagar kayu, jembatan, haluan pemburu yang merupakan salah satu yang terpelihara dengan sangat baik di Eropa. Juga kano yang ditempatkan di tepi sungai.”

Baca Juga: Menerka Cinta antara Seine dan Ciliwung

Perahu layar diukir dari satu batang pohon ek. Menurut para ahli, pohon tersebut tidak tumbuh di sekitar lokasi. Robin mengatakan bahwa perahu layar seperti itu adalah "mutiara"—aset berharga yang dirancang untuk bertahan selama satu generasi.

Tentang perahu dan pelaut di Sungai Seine

Dari sudut pandang tepi sungai mana pun, sangat mudah untuk terpesona oleh lalu lintas perahu di Sungai Seine.

Perahu telah mengarungi Sungai Seine sejak dahulu kala. Tidak mengherankan bahwa salah satu monumen tertua di kota ini terkait dengan pelaut sungai. Pilar Tukang Perahu merupakan dasar dari patung yang dipersembahkan kepada Kaisar Tiberius dari serikat tukang perahu pada abad pertama Masehi. Pilar itu ditemukan selama penggalian di bawah bagian tengah Gereja Notre Dame pada tahun 1711.

“Monumen pahatan yang langka ini memungkinkan untuk menghubungkan dewa-dewi Yunani-Romawi dan dewa-dewi Celtic seperti Cernunnos,” kata Severine Lepape, direktur Museum Cluny. Pilar ini adalah simbol sinkretisme yang menarik dari dua jenis dewa yang bersatu menjadi satu.

Keindahan dan industri

Dermaga batu kesayangan kota ini dibangun selama berabad-abad untuk mempercantik kota dan juga untuk ekonomi serta pertahanannya. Dermaga paling awal, Conti dan Grands-Augustins, dibangun pada 1313. Seperti benteng batu, dermaga ini juga berfungsi untuk menyalurkan sungai dan berupaya untuk mengendalikan banjir.

Karena Sungai Seine mendorong industri dan kerajaan, bendungan, pintu air, jembatan, dan kemudian pabrik-pabrik pun mengubah pola aliran sungainya.

Pada awal abad ke-18, Sungai Seine menjadi sangat padat dengan lalu lintas perahu komersial. Karena itu, Napoleon memulai proyek kanal, yang menghasilkan Canal de l’Ourcq, Canal Saint-Martin, dan Canal Saint-Denis.

Jaringan kanal mengurangi kemacetan laut dan mengalihkan lalu lintas dari pusat kota Paris. Selain itu, juga membawa air minum segar ke ibu kota. Pasalnya air dari Sungai Seine yang jenuh limbah—tidak layak untuk dikonsumsi—telah menyebabkan epidemi.

Seiring waktu, para insinyur berusaha mengendalikan aliran air Sungai Seine. Upaya itu dilakukan dengan proyek pembaruan perkotaan Baron Haussmann mencakup transformasi Sungai Seine.

Namun meskipun ada campur tangan manusia, Sungai Seine masih rawan banjir. Warga Paris secara tradisional menganggap patung Zouave di Pont de l’Alma menjadi cara tidak resmi untuk mengukur ketinggian air. Berdiri sebagai penjaga arus Sungai Seine, prajurit tentara kolonial mencelupkan kakinya ke sungai saat banjir.

Perubahan di Sungai Seine

Selama ribuan tahun, kehidupan dijalani di Sungai Seine. Tepi Sungai Seine menjadi tempat berkumpul untuk bekerja dan bersantai. Tukang cuci mencuci pakaian, pekerja pelabuhan membongkar muatan, pedagang menjajakan barang dagangannya. Sebagian besar warga berjemur dan berenang.

Namun, pendekatan yang berbeda terhadap perencanaan kota pada abad ke-20 mulai memisahkan penduduk dari Sungai Seine. Pada tahun 1960-an, jalan raya dibangun langsung di tepi air. Dermaga bahkan berubah menjadi tempat parkir.

Perubahan terjadi pada tahun 2013 ketika pemerintah kota memutuskan untuk menjadikan jalan tol di Tepi Kiri sebagai jalan pejalan kaki. Pengendara sepeda dan pejalan kaki kembali ke dermaga, menikmati fasilitas baru seperti dinding panjat dan taman terapung. Taman tepi sungai di jalan tol Tepi Kanan dibangun pada tahun 2016.

Proyek pembersihan sungai jelang Olimpiade senilai $1,5 miliar yang sangat dibanggakan merupakan puncak dari investasi selama bertahun-tahun.

“Kami kini tengah berupaya untuk menyambung kembali dan merebut kembali Sungai Seine. Secara historis, Seine merupakan trame bleue [koridor ekologi perairan] di kota yang sangat padat dan beraspal,” kata Rabadan. “Kami ingin menghidupkan kembali Sungai Seine.”