Masalahnya, gagasan ini tidak mewujudkan solusi kesetaraan hak. Para penuntut pembebasan perbudakan menghendaki agar orang kulit hitam dan kulit putih dapat hidup berdampingan sebagai warga negara AS.
Abraham Lincoln membantai masyarakat pribumi AS
Lincoln tidak lebih sama dengan presiden-presiden AS pendahulunya yang berlumuran darah dalam sejarah Amerika. Sejak merdeka pada 1776, AS terus memperluas kawasan negaranya dengan merebut negeri-negeri masyarakat pribumi AS dan jajahan Eropa. Begitu pula ketika Lincoln menjabat, kejahatan terhadap pribumi AS.
Ada alasan pribadi yang mungkin masih berhubungan dengan alasan Lincoln bertangan besi terhadap pribumi AS. Kakeknya, Abraham Lincoln Sr., tewas dibunuh perampok pribumi AS. Lincoln sendiri pernah menjadi sukarelawan yang bertugas dalam Perang Black Hawk pada 1832.
Selain itu, selama menduduki kursi kepresidenan, Lincoln sibuk berurusan dengan perang saudara AS. Perang saudara ini menyita perhatiannya untuk mempelajari kebijakan yang ditetapkan presiden-presiden terdahulu antara pemerintah AS dan masyarakat pribumi.
Lincoln pun abai, sehingga melanggar perjanjian damai antara AS dan masyarakat pribumi. Tindakan Lincoln adalah menyita tanah leluhur, memaksa pemindahan, merebut paksa tanah, dan mendorong asimilasi budaya.
Tindakan Lincoln ini memicu perlawanan dari masyarakat pribumi, tetapi dibalas dengan brutal oleh pihak militer AS. Pada 26 Desember 1962, seminggu sebelum Proklamasi Emansipasi untuk menghapus perbudakan, Lincoln mengesahkan hukuman gantung terhadap 38 orang pribumi Sioux yang dituduh melawan.
Peristiwa ini menjadi eksekusi massal terbesar dalam sejarah Amerika. Setelah eksekusi, konflik masih terus berlangsung yang menyebabkan 3.000 orang Sioux terusir dari tanah airnya sendiri. Setiap tanggal 26 Desember, sampai hari ini, peristiwa eksekusi tersebut dikenang masyarakat pribumi sebagai "Dakota 38".
Walau ingin dicitrakan sebagai humanis, kekerasan terhadap pribumi ini masih berlangsung pada tahun-tahun berikutnya selama Lincoln menjabat. Pada 1864, 200 orang termasuk wanita dan anak-anak dari Arapaho dan Cheyenne dibantai oleh resimen bersenjata Colorado. Lincoln memilih untuk tutup mata atas ragam tindakan genosida masyarakat pribumi Amerika.