Nationalgeographic.co.id—Ada banya banyak prajurit tangguh dalam sejarah dunia. Mulai Amazon yang legendaris hingga Navy SEAL masa kini. Sebagian besar negara dan kekaisaran berusaha mempertahankan wilayah mereka dengan melatih sekelompok prajurit elite. Termasuk Kekaisaran Ottoman, kekaisaran yang tangguh dan jaya di masa lalu.
Kekaisaran Ottoman melatih para pemuda untuk menjadi Jannisary (Yanisari), pasukan khusus versi Ottoman, selama berabad-abad keberadaannya.
“Pembentukan Jannisary dimulai pada abad ke-14,” tulis Giles Veinstein dalam buku Fighting for a Living: A Comparative Study of Military Labor 1500-2000. Pasukan elite ini mulai digunakan pada masa pemerintahan Sultan Murad I.
Kelompok ini melayani Kekaisaran Ottoman sebagai polisi, penjaga istana, atau pemadam kebakaran selama masa damai. “Namun kontribusi terbesar mereka adalah selama masa perang,” tulis Emilia David di laman Grunge.
Kerajaan dan kekaisaran di sekitarnya takut pada Jannisary. Bagaimanapun, Jannisary-lah yang membobol tembok Konstantinopel selama Perang Salib. Mereka begitu menakutkan sehingga pada tahun 1526, pasukan tersebut mengalahkan para ksatria Hungaria dalam Pertempuran Mohacs.
Sultan Kekaisaran Ottoman selalu berkuda bersama para Jannisary dalam pertempuran. Maka tidak heran jika kelompok tersebut menjadi sangat dekat dengan kekuatan militer penguasa di masa itu.
Para Jannisary membedakan diri mereka dengan seragam dan kemampuan menembak mereka yang luar biasa. Mereka mengenakan pakaian tipis dengan penutup kepala untuk membedakan diri dari tentara biasa. Mereka membawa busur, pedang tipis yang disebut yatagan Turki, dan kemudian, senapan.
Para Jannisary bergerak lebih cepat dan lebih efisien daripada seorang ksatria berbaju zirah lengkap dengan tanda kebesaran rantai.
Para Jannisary juga memiliki gaji. Namun, menjadi seorang Jannisary bukanlah hal yang mudah.
Perekrutan “berdarah” Jannisary Kekaisaran Ottoman
Tidak seorang pun benar-benar tertarik untuk menjadi seorang Jannisary. Kekaisaran Ottoman merancang cara untuk meningkatkan pangkatnya melalui cara yang agak berbahaya: perbudakan.
Baca Juga: Pelajar Jawi dan 'Propaganda' Kekaisaran Ottoman di Hindia Belanda