Makna di Balik Salib Nusantara: Busana Liturgis Paus Fransiskus saat Ekaristi di GBK

By Ade S, Rabu, 4 September 2024 | 16:03 WIB
Paus Fransiskus akan mengenakan busana liturgis bertema 'Salib Nusantara' saat Ekaristi di Gelora Bung Karno, Jakarta. Apa maknanya? (KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA)

Dominasi benang sulam emas memberikan kesan mewah, namun tetap dipadukan dengan warna-warna lembut seperti perak, coklat, kuning, merah, dan putih. Perpaduan ini menghasilkan tampilan yang khusyuk, menyimbolkan kemuliaan Salib Kristus dalam nuansa kesederhanaan khas Nusantara.

Desain ini mengedepankan prinsip 'indah bersahaja'. Suatu hal yang sejalan dengan semangat pembaruan liturgis yang mengedepankan nobili simplicitate atau kesederhanaan nan luhur.

Keunikan Salib Nusantara tidak hanya berhenti pada salib itu sendiri. Pola ini juga diaplikasikan pada mitra (penutup kepala) Paus dan para uskup. Mitra Paus menampilkan desain Salib Nusantara secara utuh, sementara mitra para uskup menghilangkan unsur sayapnya.

Lebih lanjut, Salib Nusantara versi utuh kembali hadir pada pluviale (mantel) Paus dan semua kasula kardinal atau uskup. Namun, terdapat beberapa modifikasi untuk membedakan peran masing-masing. Selain itu, pluviale Paus dan kasula kardinal atau uskup juga dihiasi dengan motif-motif tambahan di bagian depan dan belakang.

Proses pembuatannya pun menarik. Pluviale Paus dan semua kasula uskup dibordir dengan kombinasi teknik mesin dan manual, menghasilkan detail yang sangat indah. Sementara itu, gambar Salib Nusantara untuk kasula para pastor atau imam konselebran dicetak langsung pada kain.

Keputusan Paus Fransiskus untuk mengenakan pluviale dalam perayaan misa di Indonesia menyimpan makna mendalam. Kondisi kesehatan beliau yang belakangan ini kurang optimal menjadi pertimbangan utama. Pluviale dipilih karena sifatnya yang lebih praktis dan tidak terlalu membebani tubuh dibandingkan kasula.

Biasanya, dalam sebuah perayaan misa besar, Paus akan memimpin seluruh rangkaian mulai dari perarakan masuk hingga persiapan persembahan. Namun, karena kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan, misa utama seringkali dilanjutkan oleh seorang kardinal atau uskup yang telah ditunjuk sebagai selebran. Paus kemudian akan kembali memimpin ritus penutup.

Adanya pembagian tugas ini memungkinkan Paus untuk tidak mengenakan kasula yang lebih berat. Pluviale, dengan desainnya yang lebih sederhana namun tetap khusyuk, menjadi pilihan yang tepat.