Siput Usal, Sumber Protein Hewani Masyarakat Pesisir Gunungkidul

By Utomo Priyambodo, Senin, 9 September 2024 | 12:33 WIB
Siput usal banyak ditemukan di kawasan pantai Gunungkidul dan sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat, diolah menjadi tongseng usal, sate usal, dan oseng-oseng usal. (BRIN)

“Kami telah melakukan inovasi teknologi dengan mengalengkan daging usal ini supaya dapat disimpan lama dan dapat dikirim ke tempat lain di luar Gunungkidul,” ujar Djoko.

Harapannya, selain sebagai alternatif sumber protein hewani, produk olahan siput usal yang sudah dikalengkan dapat dijadikan oleh-oleh atau buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunungkidul. Dengan demikian, produk protein hewani ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Terkait dengan pengelolaan sumber daya siput usal, Djoko menegaskan, keberadaan siput usal harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak punah. Beberapa upaya yang dapat dilakukan di antaranya dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga populasi siput usal di alam.

Langkah berikutnya adalah membuat batasan tentang jumlah maksimal siput usial yang boleh dipanen, serta batas usia atau ukuran yang boleh ditangkap.

“Masyarakat hendaknya menangkap usal yang sudah dewasa atau sudah bereproduksi agar bisa melepaskan keturunannya terlebih dahulu ke alam, sehingga populasinya akan terus terjaga,” katanya.

Faktor lingkungan perairan yang bersih dan tidak tercemar juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup siput usal.

“Upaya terakhir adalah dengan restocking atau melepas benih usal ke habitatnya di alam (perairan pantai Gunungkidul), tidak dibutuhkan perawatan yang ekstra, dalam waktu dua tahun siput usal yang dilepas tadi akan tumbuh dengan sendirinya, dan masyarakat pesisir dapat memanennya,” pungkas Djoko.