Singkap Asal-usul Kue Bulan, Kudapan Manis yang Membebaskan Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 17 September 2024 | 13:00 WIB
Selama Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid-Autumn Festival), warga Tionghoa di seluruh dunia menyantap kue spesial. Mereka menikmati kue sambil mendoakan kemakmuran dan kebahagiaan keluarga. (Nataliya Vaitkevich/Pexels)

Chang'e-lah yang dihormati orang Tiongkok selama Festival Bulan. “Mitos pelarian Chang’e ke bulan dapat ditelusuri kembali ke Huainanzi, sebuah buku filsafat dari Dinasti Han Barat,” kata Zhao.

Tiga kisah lain seputar asal-usul kue bulan dianggap sebagai kisah anekdot, bukan mitos, tambah Zhao.

Dua peristiwa pertama terjadi di Dinasti Tang. Konon kaisar menghadiahkan kue bulan kepada orang-orang pada hari ke-15 bulan lunar kedelapan.

Dalam versi pertama, Kaisar Taizong, yang memerintah dari tahun 626 hingga 649, memberikan kue bulan kepada menteri istana. Pemberian itu bertujuan untuk merayakan kemenangan pertempuran melawan Turki.

Sedangkan dalam versi kedua, Kaisar Xizong, yang memerintah dari tahun 873 hingga 888, meberikan kue berbentuk bundar. Kue itu diberikan kepada kandidat yang berhasil dalam ujian dinas kekaisaran atas kerja keras mereka.

Kisah ketiga dan paling terkenal menunjukkan bahwa kue bulan berperan dalam pembebasan Tiongkok dari bangsa Mongol pada abad ke-14. Dengan adanya larangan terhadap pertemuan besar, orang-orang Han menyembunyikan pesan rahasia di dalam kue. Pesan itu berkaitan dengan pemberontakan terhadap bangsa Mongol.

Kue bulan digunakan untuk menyembunyikan potongan kertas, yang bertuliskan, 'Pemberontakan pada malam ke-15 bulan kedelapan’

Penjualan dan konsumsi kue bulan secara massal memicu pemberontakan yang dipimpin oleh pemimpin pemberontak Zhu Yuanzhang. Hal ini menyebabkan runtuhnya bangsa Mongol dan Dinasti Yuan serta memungkinkan Dinasti Ming mengambil alih kekuasaan pada 1368.

Mitos dan legenda yang terkait dengan Festival Pertengahan Musim Gugur dan kue bulan memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya. Kisah-kisah ini terus menyatukan orang-orang dengan menghubungkan mereka dengan sejarah dan tradisi bersama. Pada akhirnya, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki.