Bagaimana Barcelona Bisa Nyaris Hancur Lebur Gara-gara Wisata Massal?

By Ade S, Senin, 16 September 2024 | 19:03 WIB
Barcelona, dulu surga wisata, kini terancam hancur oleh pariwisata massal. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah kota ini? (Otto Normalverbraucher )

Memang lebih mudah mengatakan daripada melakukan. Misalnya, tidak cukup hanya menjadi tuan rumah konferensi mewah untuk bisnis global atau memanfaatkan sektor pariwisata kesehatan dengan menawarkan pemeriksaan 24 jam VIP di klinik mewah dengan harga mulai dari €900 (setara Rp15 juta) hingga €4.000 (setara Rp68 juta).

Mateu setuju bahwa Barcelona perlu pendekatan yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan. Pemerintah Barcelona harus bisa mengukur dampak negatif pariwisata dan menyesuaikan kebijakan mereka.

"Pariwisata memang bisa menciptakan lapangan kerja, tapi apakah kita mau mengorbankan pendidikan anak-anak kita hanya karena tergiur upah tinggi di bar?" Xaxàs mengajukan pertanyaan.

Dampak negatif yang memprihatinkan

Pariwisata yang semakin marak di Barcelona ternyata membawa dampak negatif yang tak terduga. Kota yang dulunya tenang kini harus berhadapan dengan meningkatnya kasus perdagangan narkoba, kejahatan kecil, dan bisnis seks. Hal ini tentu saja mengubah suasana dan karakter kota secara signifikan.

Selain itu, toko-toko lokal yang menjadi ciri khas Barcelona perlahan-lahan digantikan oleh bisnis yang lebih berorientasi pada wisatawan. Contohnya, toko buku terakhir di kawasan tepi laut La Barceloneta baru-baru ini tutup dan digantikan oleh toko ganja.

Kini, ada 25 toko ganja yang tersebar di kawasan tua kota, terutama di tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Fenomena ini menunjukkan betapa sulitnya mempertahankan identitas asli kota di tengah arus pariwisata yang deras.

Masalah lain yang tak kalah serius adalah gentrifikasi. Meningkatnya permintaan properti untuk dijadikan tempat menginap bagi wisatawan membuat harga sewa melonjak.

Akibatnya, banyak warga lokal yang kesulitan mempertahankan tempat tinggal mereka karena pemilik rumah lebih tertarik menyewakan propertinya dalam jangka pendek atau mengubahnya menjadi apartemen wisata. "Kondisi ini memperparah krisis perumahan yang sudah ada sejak lama dan berdampak buruk pada kehidupan sosial masyarakat," ungkap Xaxàs.

Solusi radikal

Walikota Barcelona, Jaume Collboni, baru-baru ini mengumumkan kabar mengejutkan. Mulai tahun 2028, warga asing tidak akan bisa lagi menyewa apartemen untuk liburan di Barcelona. Keputusan ini diambil untuk mengatasi masalah tingginya harga sewa rumah dan kurangnya ketersediaan tempat tinggal bagi warga lokal.

Baca Juga: Jejak Langkah di Lombok: Pendakian Gunung Tambora dan Pesona Wisata Alam