Riset Global: Orang Indonesia Paling Banyak Makan Mikroplastik

By Utomo Priyambodo, Rabu, 18 September 2024 | 08:00 WIB
Ilustrasi sampah plastik. Indonesia menduduki posisi teratas daftar negara yang warganya paling banyak makan mikroplastik. Seberapa banyak sampah plastik yang kita makan? (freepik.com/author/rawpixel-com)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah riset global mengungkapkan bahwa negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina menduduki puncak daftar global konsumsi atau penelanan mikroplastik per kapita.

Indonesia menduduki posisi puncak dengan jumlah mikroplatik terbanyak yang dimakan setiap orangnya. Jumlah rincinya adalah setiap orang Indonesia memakan sekitar 15 gram mikroplastik per bulannya.

Sementara itu Tiongkok, Mongolia, dan Inggris menduduki puncak daftar negara yang menghirup mikroplastik paling banyak, menurut sebuah studi yang sama.

Studi ini digarap oleh para peneliti dari Cornell University yang memetakan penyerapan mikroplastik di 109 negara. Makalah studi ini telah terbit di jurnal Environmental Science & Technology pada 2024.

Riset global ini dibangun berdasarkan model data yang ada yang memperkirakan berapa banyak mikroplastik yang tanpa disadari dimakan dan dihirup manusia sebagai akibat dari potongan sampah plastik yang tidak diolah yang terdegradasi dan tersebar ke lingkungan.

Studi Cornell University ini memperhitungkan kebiasaan makan, teknologi pemrosesan makanan, demografi usia, dan laju pernapasan setiap negara. Ini semua adalah faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan dalam cara penduduk setiap negara mengonsumsi mikroplastik.

“Penyerapan mikroplastik di tingkat negara merupakan indikator penting polusi plastik dan risiko kesehatan masyarakat,” kata Fengqi You, profesor dalam rekayasa sistem energi di Cornell University, seperti dikutip dari keterangan tertulis kampus tersebut.

Fengqi You menulis makalah studi tersebut bersama mahasiswa doktoralnya, yakni Xiang Zhao.

Studi ini menilai penyerapan makanan dengan menghimpun data tentang konsentrasi mikroplastik dalam subkategori kelompok makanan utama seperti buah-buahan, sayur-sayuran, protein, biji-bijian, susu, minuman, gula, garam, dan rempah-rempah.

Model-model studi tersebut juga menggunakan data yang merinci seberapa banyak makanan tersebut dikonsumsi di berbagai negara. Misalnya, konsumsi garam dapur, per kapita, hampir sama di Indonesia dan AS. Namun konsentrasi mikroplastik dalam garam dapur Indonesia sekitar 100 kali lebih tinggi.

Secara keseluruhan, studi tersebut menemukan bahwa orang Indonesia mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan – lebih banyak daripada negara-negara lain – dengan sebagian besar partikel plastik berasal dari sumber akuatik seperti makanan laut.

Baca Juga: Sampah Tak Diangkut dan Dibakar Jadi Sumber Bencana Polusi Plastik

Angka konsumsi mikroplstik Indonesia itu menunjukkan peningkatan 59 kali lipat dalam konsumsi mikroplastik harian dari tahun 1990 hingga 2018, rentang waktu yang digunakan untuk model tersebut. Asupan mikroplastik dalam makanan AS diperkirakan sekitar 2,4 gram per bulan, sedangkan yang terendah adalah Paraguay sebesar 0,85 gram.

Data tentang konsentrasi mikroplastik di udara, demografi usia, dan laju pernapasan manusia digunakan untuk menghitung mikroplastik yang terhirup. Penduduk Tiongkok dan Mongolia menduduki puncak daftar, menghirup lebih dari 2,8 juta partikel per bulan.

Sementara itu penduduk AS menghirup sekitar 300.000 partikel per bulan. Hanya penduduk di Mediterania dan wilayah sekitarnya yang menghirup mikroplastik lebih sedikit.

Banyak sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik di Indonesia. Dibuang begitu aja atau dibakar sehingga menjadi mikroplastik yang membahayakan kesehatan manusia dan satwa liar. (ECOTON)

“Industrialisasi di negara-negara berkembang, khususnya di Asia Timur dan Selatan, telah menyebabkan peningkatan konsumsi material plastik, produksi limbah, dan penyerapan mikroplastik oleh manusia. Sebaliknya, negara-negara industri mengalami tren terbalik, didukung oleh sumber daya ekonomi yang lebih besar untuk mengurangi dan membuang sampah plastik gratis,” kata You.

Studi ini diterbitkan setelah pertemuan komite internasional pada 23-29 April yang merundingkan Perjanjian Plastik PBB, perjanjian yang mengikat secara hukum yang akan menetapkan aturan global seputar produksi dan pembuangan plastik.

Perjanjian tersebut diharapkan akan selesai akhir tahun 2024 ini, dengan fokus pada kolaborasi internasional untuk mengurangi mikroplastik di lingkungan laut.