Nationalgeographic.co.id—Mikroplastik, atau serpihan plastik berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop, ada di berbagai tempat. Materi kecil ini merupakan pecahan terkecil dari limbah plastik besar yang terpecah-pecah.
Keberadaan mikroplastik bisa ada di tempat terpencil sekalipun seperti Arktika. Padahal, dampaknya bisa sangat buruk bagi kelangsungan hidup, bahkan yang belum terjamah oleh kehidupan manusia.
Temuan ini diungkapkan oleh para ahli setelah menganalisis konsentrasi mikroplastik di Laut Barents yang berada di antara pesisir utara Norwegia dan Samudra Arktika. Penelitian itu juga menunjukkan jumlah mikroplastik global di lingkungan laut meningkat, bahkan di lokasi terpencil sekalipun.
Studi tersebut dipublikasikan di jurnal Frontiers in Marine Science pada 14 Agustus 2023. Makalah bertajuk "Microplastics in the Arctic: a transect through the Barents Sea" itu dilakukan oleh para ilmuwan dari Plymouth Marine Laboratory dan University of Exeter dalam eksplorasi sampel air bawah permukaan dalam di Laut Barents.
Laut Barents merupakan jalur utama arus dari Samudra Atlantik ke Samudra Arktika. Di bawahnya, laut ini begitu kaya dengan keanekaragaman hayati. Sudah sejak lama para ilmuwan menetapkan Laut Barents sebagai titik penelitian terkait mikroplastik yang potensial.
“Wilayah Arktika terpencil dan sebagian besar dari kita mungkin membayangkan bahwa ini adalah keajaiban alam yang masih asli," kata Rachel Coppock, rekan penulis makalah yang merupakan peneliti ekologi kelautan di Plymouth Marine Laboratory.
“Tetapi begitu mikroplastik memasuki lingkungan laut, mereka terbawa arus, seringkali dari daerah berpenduduk ribuan mil jauhnya, berakhir jauh dari sumbernya dan dalam kasus di dataran tinggi Arktika, mungkin terperangkap di es laut dan dilepaskan selama musim semi. meleleh," lanjutnya, dilansir dari Eurekalert.
Penelitian ini mencari tahu penyebaran dan karakter dari mikroplastik yang ada di Laut Barents. Diungkapkan bahwa rata-rata kuantitas di bagian timur Laut Barents adalah 0,011 mikroplastik per meter kubik. Angkanya semakin besar di ujung selatan garis pantauan ke arah utara menuju tepi es Kutub Utara.
Para peneliti juga mengidentifikasi berbagai jenis polimer mikroplastik seperti poliester, campuran kopolimer, elastomer, dan yang paling banyak adalah akrilik.
Selain itu, para peneliti mencari tahu dampaknya terhadap zooplankton. Sebab, sangat mungkin zooplankton memangsa mikroplastik yang hidup di sekitarnya. Pada akhirnya, keberadaan mikroplastik berdampak pada rantai makanan di sekitar Kutub Utara.
Konsumsi mikroplastik oleh zooplankton bisa berdampak negatif teradap kesuburan, pertumbuhan, dan feses mereka. Pemahaman ini sangat penting, karena perkembangan hidup zooplankton sangat membantu pengangkutan karbon dan nutrisi ke perairan yang lebih dalam.
Dengan temuan mikroplastik di Arktika, para ilmuwan yakin bahwa materi ini terbawa oleh sistem alami. Plastik dari sistem pengelolaan limbah yang tidak memadai atau aktivitas pariwisata di pesisir yang menyebabkan penyebaran sampah plastik, dan kapal pengangkut sampah lintas pulau yang membuatnya tercecer ke laut.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR