'Grave of the Fireflies', Film Kartun Paling ‘Menyedihkan’ Sepanjang Masa

By Ade S, Kamis, 19 September 2024 | 16:03 WIB
Grave of the Fireflies yang diklaim sebagai film kartun paling menyedihkan, kini bisa Anda saksikan di Netflix. Ini kisah asli yang menginspirasinya. (Ghibli)

Grave of the Fireflies sebagai film Studio Ghibli yang paling menyedihkan," ungkap Adams.

Karya yang menantang batas

Salah satu alasan Akiyuki Nosaka skeptis dengan ide mengadaptasi bukunya menjadi animasi karena dia beranggapan bahwa animasi hanya cocok untuk cerita petualangan yang ringan. Namun, ketika melihat visi Isao Takahata, ia menyadari bahwa animasi bisa menjadi medium yang jauh lebih dalam dan menyentuh.

Baca Juga: Nurarihyon: Inspirasi Raja Iblis Muzan Kibutsuji di ‘Demon Slayer’

Grave of the Fireflies membuktikan bahwa animasi bukan sekadar hiburan belaka. Meskipun mengangkat tema yang berat, film ini berhasil memikat penonton dengan kombinasi animasi yang indah dan cerita yang menggugah.

Takahata tidak berusaha meniru kenyataan secara persis, melainkan menggunakan animasi sebagai alat untuk memperkaya pengalaman penonton. Dengan begitu, ia bisa menghadirkan simbolisme yang kuat, seperti kunang-kunang yang menjadi representasi singkat kebahagiaan di tengah kepedihan.

Lingkungan dalam film ini pun menjadi karakter tersendiri. Takahata memanfaatkan fleksibilitas animasi untuk menciptakan suasana yang mencekam dan menyayat hati.

Grave of the Fireflies menantang ekspektasi kita tentang film animasi. Film ini membuktikan bahwa animasi tidak terbatas pada genre fantasi atau petualangan, tetapi mampu menyajikan kisah yang begitu mendalam dan menyentuh.

"Bahkan, dapat masuk dalam jajaran film paling menyedihkan yang pernah diproduksi," ujar Adams.

Pelajaran tentang perdamaian

Di awal film, kita melihat seorang anak laki-laki yang menderita di sebuah stasiun kereta api karena kelaparan. Setelah kematiannya, ia bertemu kembali dengan roh adik perempuannya, dan bersama-sama mereka melihat kembali peristiwa yang menyebabkan kematian mereka.

Pilihan untuk langsung menunjukkan akhir cerita ini mungkin tampak mengejutkan, namun Isao Takahata memiliki alasannya. Dengan mengetahui nasib tragis para karakter sejak awal, penonton tidak perlu lagi menanti-nanti momen haru atau berharap akan keajaiban. Justru, kita diajak untuk lebih fokus pada perjalanan emosional kedua bersaudara ini.

Meskipun dipenuhi kesedihan, film ini juga menyajikan momen-momen indah yang penuh kasih sayang antara Seita dan Setsuko. Kita melihat bagaimana seorang anak laki-laki berusaha sekuat tenaga untuk melindungi adik perempuannya di tengah kondisi yang sangat sulit.

Namun, di balik usaha yang mulia itu, kita juga melihat kelemahan dan keterbatasan seorang anak yang harus menanggung beban yang terlalu berat.

Grave of the Fireflies bukan sekadar film anti-perang. Takahata sendiri menegaskan bahwa tujuannya bukanlah untuk menghentikan perang, melainkan untuk mengajak kita merenungkan dampak buruk perang terhadap kehidupan manusia.

"Ia menciptakan Grave of the Fireflies sebagai undangan untuk merenungkan pentingnya menjaga perdamaian dan betapa manusia membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup," terang Adams.

Warisan animasi yang tak terlupakan

Studio Ghibli telah berhasil memikat hati penonton di seluruh dunia dengan karya-karya animasinya yang penuh keajaiban.

Mulai dari kisah petualangan mengharukan seperti Spirited Away hingga refleksi sederhana tentang kehidupan sehari-hari seperti Only Yesterday, setiap film Ghibli menyajikan perpaduan sempurna antara cerita yang menarik, animasi yang memukau, dan pesan yang mendalam.

Karya-karya mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi banyak generasi dan menjadi standar baru dalam dunia animasi.

Meskipun Grave of the Fireflies mungkin tidak sehangat dan penuh keajaiban seperti My Neighbor Totoro atau Ponyo, film ini jelas merupakan pengalaman yang tak terlupakan dengan pesan yang kuat yang terus bergema 36 tahun setelah perilisannya.

"Film ini juga berfungsi sebagai pengingat yang menyentuh tentang warisan yang diciptakan oleh pendiri Studio Ghibli yang kurang dikenal, Isao Takahata, dan film-film indah yang ia sutradarai," pungkas Adams.