Ouija, Selisik Papan Pemanggil Arwah yang Ditakuti oleh Banyak Orang

By Sysilia Tanhati, Minggu, 22 September 2024 | 08:00 WIB
Bagaimana Ouija berubah dari permainan ruang tamu yang unik menjadi papan arwah yang paling ditakuti? (Cottonbro Studio/Pexels)

Nationalgeographic.co.id—Dulunya merupakan permainan favorit yang menjembatani orang hidup dan orang mati, reputasi papan Ouija berubah secara dramatis. Dari hiburan zaman Victoria, Ouija menjadi simbol misteri supernatural.

Bagi banyak orang, papan Ouija memunculkan cerita tentang pertemuan arwah dan peringatan menakutkan. Namun, lebih dari satu abad yang lalu, ini hanyalah permainan di ruang tamu, menawarkan hiburan ringan di era Victoria.

Ouija pertama kali diperkenalkan pada tahun 1890 oleh Kennard Novelty Company sebagai papan bicara yang indah. Papan permainan ini memiliki potongan karton sederhana yang ditandai dengan huruf, angka, dan kata “ya”, “tidak”, dan “selamat tinggal”.

Pemain meletakkan jari mereka pada penunjuk segitiga. Penunjuk segitiga itu tampak bergerak sendiri untuk mengeja pesan sebagai jawaban atas pertanyaan mereka.

Meskipun desainnya tampak biasa saja, peran papan Ouija dalam masyarakat mengalami perubahan yang buruk. Selama 130 tahun terakhir, Ouija berubah dari sekadar kesenangan unik menjadi simbol misteri supranatural.

Munculnya papan Ouija

Akar dari asal-usul Ouija dapat ditelusuri kembali ke tahun 1840-an ketika gerakan Spiritualis Modern mulai berkembang. Gerakan ini menjadi kegilaan budaya. Pada masa ini, menjadi mode untuk mengadakan pertemuan spiritual yang menampilkan medium psikis, pemanggilan arwah, dan pembacaan kartu tarot.

“Termasuk penggunaan papan ‘bicara’,” kata Stephanie McGuire, kurator Molly Brown House Museum.

“Sekarang konotasinya berbeda 180 derajat,” kata McGuire. “Papan ini lebih dari sekadar berhubungan dengan orang-orang terkasih yang telah meninggal. Ouija merupakan keajaiban di mana orang-orang berupaya untuk mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan. Apakah seseorang bisa terhubung dengan sesuatu yang tidak diketahui. Serta dapatkah seseorang mengetahui masa depannya lewat papan ini?”

Ouija menawarkan hiburan di saat penuh kehilangan dan ketidakpastian. Di Amerika pasca-Perang Saudara, sebagian besar keluarga sering kali mengalami kehilangan orang yang dicintai secara tiba-tiba. Maka, berkomunikasi dengan orang yang meninggal adalah cara yang normal, bahkan perlu, untuk mengatasi kesedihan.

Spirit board atau papan arwah memberikan perlindungan emosional bagi orang-orang pada tahun 1890-an, ungkap Murch. “Papan ini menjadi jawaban untuk hal-hal yang tidak memiliki jawaban. Dan memungkinkan Anda berbicara tentang sesuatu dan mengalami sesuatu yang tidak dapat dialami.”

Baca Juga: Arwah Akan Gentayangan Jika Tak Dibawa, Inilah Obol, Koin Orang Mati dalam Mitologi Yunani

Namun, konteks sejarah ini mungkin sulit untuk diapresiasi dari perspektif modern, ungkap John Kozik, pemilik Salem Witch Board Museum di Salem, Massachusetts. “Masyarakat masa kini mencoba melihat sejarah dengan kacamata masa kini,” katanya. “Karena orang memandang kematian secara berbeda, mereka memandang Ouija secara berbeda.”

Pada awal abad ke-20, Ouija dan masyarakat memiliki “hubungan cinta” yang total. Spiritualisme mengalami kebangkitan besar-besaran setelah Perang Dunia I dan wabah flu yang menghancurkan pada tahun 1918.

Tahun 1920-an penuh dengan lagu-lagu cinta yang didedikasikan untuk papan mistis. Di masa itu, Ouija menjadi permainan kencan yang disukai, menawarkan cara romantis bagi pasangan untuk duduk berdekatan dan mengajukan pertanyaan.

Sebuah portal untuk kekuatan iblis?

Selama beberapa dekade, penggambaran papan Ouija berubah dari ringan dan romantis menjadi semakin bernuansa mistis. Bahkan Ouija benar-benar berfokus pada kejahatan.

Pada akhir tahun 1960-an, citra papan permainan tersebut mengalami perubahan dramatis. Hal ini dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa seperti pembunuhan Manson dan kebangkitan Gereja Setan. Momen penting terjadi pada tahun 1973 dengan dirilisnya The Exorcist.

Film tersebut menampilkan adegan singkat yang menggambarkan seorang anak bermain sendirian dengan papan Ouija. Permainan papan ini kemudian membuatnya kerasukan. Kozik mengatakan ini adalah pertama kalinya sebuah film menyatakan bahwa kejahatan bisa muncul dengan cara seperti ini.

“Saat menonton film horor berdasarkan kisah nyata, saat itulah Anda mulai berpikir hal seperti itu bisa terjadi pada Anda,” katanya.

Pada tahun 1967, Ouija terjual lebih banyak daripada Monopoli. Lebih dari dua juta papan terjual pada tahun itu saja, menimbulkan ketakutan dan daya tarik yang mengikuti The Exorcist. Film horor berikutnya, termasuk Witchboard, membantu memperkuat banyak mitos papan “bicara” terkenal yang masih lazim hingga saat ini.

Meskipun reputasinya menakutkan, penelitian menunjukkan bahwa papan Ouija hanyalah produk dari fenomena ideomotor. Ideomotor merupakan sebuah efek psikologis di mana orang menggerakkan benda secara tidak sadar. Meskipun demikian, papan Ouija tetap menjadi aktivitas populer di acara menginap, mencerminkan daya tariknya yang berkelanjutan.

Banyak yang menganggapnya sebagai permainan yang tidak berbahaya. Namun Kozik sering kali menerima masukan dari orang-orang yang masih takut akan kekuatan Ouija dan ingin membuangnya.