Berada di Antara Dua Dunia, Prometheus 'Ajarkan' Makna Menjadi Manusia

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 29 September 2024 | 20:00 WIB
Mitos Prometheus dalam mitologi Yunani. (Freepik)

Nationalgeographic.co.id—Mitos Prometheus dalam mitologi Yunani merupakan kisah yang telah dikisahkan berulang kali dalam waktu dan budaya yang berbeda sesuai konteks kondisi dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya. 

Mitos itu sendiri membentuk imajinasi masyarakat. Meminjam konsep dari antropolog budaya Clifford Geertz, mitos menyediakan materi umum yang tidak hanya penting untuk dipikirkan tetapi juga 'baik untuk dipikirkan'.

Sebagai sistem komunikasi yang dinamis dan bukan sebagai kumpulan cerita statis, mitos memainkan peran penting dalam suatu budaya dari waktu ke waktu. Terutama sekali, mitos mampu membantu budaya mengakomodasi dan menegosiasikan perubahan dengan cara yang produktif. 

Begitu juga dengan mitos Prometheus terus menerus dikisahkan dalam dalam berbagai konteks sejarah yang sangat berbeda – Yunani kuno dan klasik, tahun-tahun setelah Revolusi Prancis, dan Inggris akhir abad kedua puluh.

Setiap kali mitos Prometheus disajikan, seperti yang dikatakan Barthes, kenyataan sejarah yang spesifik memberikannya jenis realitas yang sangat berbeda. Namun, pada akhirnya, kekuatan mitos yang sebenarnya adalah membuat konteks sejarah tertentu itu tampak alami di setiap saat.

Carol Dougherty dalam bukunya Prometheus menyebut bahwa itu juga yang dilakukan Aristophanes, seorang penyair komedi, salah satu penulis besar Athena abad kelima yang terakhir menggunakan mitos Prometheus.

"Dalam karya komedinya yang berjudul Birds dan dipentaskan pada tahun 414 SM, Prometheus muncul di bagian akhir drama untuk memberi nasihat kepada tokoh protagonis Pisthetairos," ungkap Carol.

Pada pembukaan drama, Pisthetairos dan rekannya, Euelpides, melarikan diri dari Athena yang sesak oleh perselisihan hukum dan ingin mencari kehidupan yang lebih baik.

Mereka kemudian bergabung dengan burung-burung dan mendirikan Cloud Cuckoo Land, sebuah kota di langit. Para dewa marah, namun kota baru itu terlanjur memutus semua persembahan dari bumi ke Olympus. 

Akhirnya Prometheus datang sebagai penengah untuk merundingkan perjanjian damai antara kota baru dan para dewa. Ia memberi tahu Pisthetairos bahwa delegasi ilahi sedang dalam perjalanan menuju kota tersebut, tetapi burung-burung harus membuat perdamaian hanya jika: 1) Zeus mengembalikan tongkat kekuasaannya kepada mereka dan 2) ia menyerahkan gadis Basileia untuk dinikahi oleh Pisthetairos.

Prometheus segera meninggalkan panggung, dan aksi drama berlangsung persis sesuai dengan nasihatnya tersebut.

Baca Juga: Plato Ubah Mitos Prometheus hingga Jadi Alat Gerakan Intelektual Revolusioner

"Peran Prometheus dalam Birds mengingatkan pada jalan cerita versi Hesiod dan Aeschylus. Dalam karya Hesiod, Prometheus juga ikut campur dalam perang Titanomachy untuk membantu anak-anak pemberontak Kronos yang dipimpin oleh Zeus melawan para Titan, semetara dalam Birds Prometheus membantu burung-burung dalam perang melawan para dewa," papar Carol.

"Dalam setiap kasus, Prometheus berperan sebagai penasihat; ia puya informasi penting tentang bagaimana musuh dapat dikalahkan. Sementara dalam Prometheus Bound karya Aeschylus, Prometheus membantu Zeus dalam pertempurannya melawan generasi yang lebih tua, di sini, dalam Birds, ia membantu Pisthetairos dan burung-burung melawan Zeus," jelasnya.

Kenapa Prometheus pindah haluan dari yang awalnya membela menjadi melawan Zeus yakni lantaran perlakuan buruk yang diterimanya. Zeus tidak tahu terima kasih dalam drama Aeschylus – sebuah drama yang tampaknya diadika rujukan dalam beberapa bagian di Birds.

Dalam Birds, jelas bahwa Prometheus telah dibebaskan dari penderitaannya dan kembali bergabung dengan para dewa sehingga ia bisa melaporkan bahwa mereka kekurangan makanan karena aliran persembahan korban dari manusia ke dewa-dewa telah terputus.

Pengorbanan juga tetap memainkan peran penting dalam kisah Prometheus – di sini, gangguan aliran persembahan kurban dari manusia kepada para dewa memotivasi campur tangan Prometheus dalam drama tersebut.

Herakles juga tetap menjadi bagian dari cerita Prometheus. Dalam Hesiod dan Aeschylus, Herakles menempati posisi penting di akhir mitos – dialah yang, tiga puluh ribu tahun kemudian, membunuh elang pemakan hati dan membebaskan Prometheus dari hukumannya.

Dalam Birds, dia muncul bersama Poseidon dan Tryballos untuk menengahi perdamaian antara burung-burung dan manusia (sebagian agar dia bisa mendapatkan daging panggang) yang menjadi penutup drama tersebut.

Sementara Prometheus mendatangi Pisthetairos dengan rencana untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari para dewa, dia tetaplah seorang penipu problematik yang harus bersembunyi dan tidak dapat menyelesaikan kesepakatan itu.

Di sisi lain, Herakles adalah sosok yang mampu menegosiasikan perdamaian. Herakles, yang setengah manusia dan setengah dewa dan dipenuhi nafsu kebinatangan, adalah tokoh mitos lain yang, seperti Prometheus, menegosiasikan batas kehidupan antara para dewa, manusia, dan binatang.

Sementara mitos Prometheus sebagai penipu dan pemberontak membantu mengartikulasikan pemisahan antara dewa dan manusia, kisah Herakles menawarkan model untuk negosiasi yang lebih berhasil terhadap batas-batas tersebut, dan mungkin karena alasan inilah perannya begitu erat dalam penyelesaian cerita Prometheus.

Prometheus Versi Aristophanes

Baca Juga: Apa Itu Mitos dan Bagaimana Mitologi Yunani Menjelaskan 'Misteri' Dunia

Prometheus versi Aristophanes berperan sebagai teman umat manusia dan musuh para dewa, mengikuti tradisi Hesiod dan Aeschylus, tetapi dengan sentuhan komedi – kecerdasannya diubah menjadi sikap yang penuh kehati-hatian dan banyak gugupnya.

Saat dia muncul di panggung dengan pakaian yang menutupi kepala dan membawa payung, Prometheus berseru: “Oh, aku! Semoga Zeus tidak melihatku!.”

Kemudian dia memohon kepada Pisthetairos agar tidak menyebut namanya: "Kamu akan menghancurkanku, jika Zeus melihatku di sini. Tapi agar aku bisa memberitahumu semua informasi di kahyangan, ambil payung ini dan peganglah agar para dewa tidak melihatku”.

Pisthetairos kemudian menjawab dengan kagum: "Oooh – kamu benar-benar berpikir sekarang – dan penuh perencanaan!."

Meskipun bukan pemberontak yang bermartabat seperti dalam drama Aeschylus atau penipu licik dalam puisi Hesiod, Prometheus versi Aristophanes tetap mempertahankan elemen dari keduanya, sehingga menegaskan pentingnya sifat tersebut dalam interpretasi Prometheus.

Sebagian dari dirinya adalah penipu cerdas, membawa informasi penting kepada manusia, dan sebagian lagi pemberontak; dia adalah yang maha mengetahui dan berkeliaran di antara dunia para dewa dan manusia – bahkan sambil bersembunyi di bawah payungnya.

Meskipun Prometheus hanya memainkan peran kecil dalam Birds karya Aristophanes, kesuksesan komedinya dalam drama tersebut bergantung pada seluruh rangkaian resonansi mitos yang dibawanya – penipu, pemberontak, pencuri api, penguasa informasi, dan sahabat umat manusia, terutama di Athena.

Mitos Prometheus di Berbagai Konteks

Kelenturan adaptasi mitos Prometheus sejatinya tetap mempertahankan unsur-unsur dasar – Prometheus mencuri api untuk manusia dan dihukum karenanya – namun cerita yang disampaikan oleh bermacam adaptasinya sangat berbeda.

Misalnya saja mitos Prometheus versi Hesiod meratapi kejatuhan umat manusia dari Zaman Keemasan dan kedekatan mereka dengan para dewa, sementara Prometheus versi Aeschylus dan Plato merayakan kemajuan yang telah dicapai umat manusia. Selain itu, masing-masing cerita menguraikan kondisi manusia dalam yang membedakannya dari binatang dan dewa. 

Works and Days karya Hesiod menekankan pentingnya sekaligus sulitnya bekerja bagi umat manusia. Di sisi lain, Prometheus Bound karya Aeschylus merayakan pencapaian teknologi yang memungkinkan umat manusia – membangun rumah, berlayar di lautan, dll. – dan menyebutnya sebagai kemajuan berkat Prometheus.

Baca Juga: Politik Identitas Athena Abad ke-5 'Dicampuri' Mitos Prometheus

Protagoras karya Plato menyoroti keterampilan menjadi warga negara yang baik hingga umat manusia dapat hidup bersama dalam komunitas politik, tidak hanya sekadar bertahan hidup namun menuju kebudayaan manusia yang benar-benar lebih beradab.

Baik di panggung tragedi maupun komedi, dalam mitos dan kultus, sosok Prometheus membantu warga Athena abad kelima merenungkan apa artinya menjadi manusia.