Apa Benar Orang-Orang Zaman Yunani Kuno Lebih Cerdas daripada Kita?

By Utomo Priyambodo, Jumat, 4 Oktober 2024 | 13:24 WIB
Arsitoteles adalah salah satu filsuf dan orang paling cerdas di zaman Yunani kuno. Pendekatan filosofis Aristoteles telah membuat Alexander mengikuti gaya pemikirannya. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Sekitar sedekade lalu, seorang akademisi Amerika berpendapat bahwa orang-orang Yunani kuno dan orang-orang lain pada zaman itu lebih cerdas daripada kita. Pendapat ini memicu perdebatan sengit di antara para ilmuwan.

Dalam dua artikel yang diterbitkan dalam jurnal Trends in Genetics pada tahun 2013, Gerald Crabtree, seorang ahli genetika di Stanford University di California, memaparkan hal yang mungkin disebut sebagai teori spekulatif tentang kecerdasan manusia. Saat itu, ia mengakui bahwa itu adalah sebuah gagasan yang perlu diuji, dan ia dengan senang hati jika ada yang membantahnya dan membuktikan bahwa teori itu salah.

Crabtree berpendapat bahwa orang-orang Yunani kuno kemungkinan lebih cerdas daripada manusia modern. Ia telah melakukan penelitian yang menurutnya menunjukkan bahwa manusia, seiring waktu, menjadi kurang cerdas.

Landasan Argumen

Ilmuwan AS tersebut mengklaim beberapa perubahan yang tak terelakkan dalam sistem genetik kita, yang dikombinasikan dengan perkembangan teknologi, telah menyebabkan kita mengalami degenerasi dan menjadi jauh kurang cerdas daripada nenek moyang kita.

Crabtree menduga bahwa manusia berada di masa jayanya ketika ia dipaksa untuk berjuang sekuat tenaga demi bertahan hidup, karena ia terpaksa mengandalkan ingatannya, akal sehat praktis, dan ketajaman psikologis. Hal-hal ini memungkinkan manusia untuk memercayai instingnya dan mudah beradaptasi dengan berbagai keadaan.

Sebagaimana yang dijelaskan Crabtree dalam jurnal tersebut, “Seorang pemburu-pengumpul yang tidak benar-benar memahami solusi untuk menyediakan makanan atau tempat tinggal kemungkinan besar akan mati, bersama dengan keturunannya, sedangkan seorang eksekutif Wall Street modern yang melakukan kesalahan konseptual serupa akan menerima bonus besar dan menjadi pasangan yang lebih menarik. Seleksi ekstrem adalah sesuatu dari masa lalu."

“Saya berani bertaruh bahwa jika seorang warga negara biasa dari Athena tahun 1000 SM tiba-tiba muncul di antara kita, ia akan menjadi salah satu rekan dan sahabat kita yang paling cerdas dan paling intelektual, dengan ingatan yang baik, berbagai ide yang luas, dan pandangan yang jelas tentang berbagai isu penting,” papar Crabtree seperti dilansir Geek Reporter.

Crabtree menambahkan, “Saya kira ia akan menjadi salah satu teman dan kolega kita yang paling stabil secara emosional. Saya juga akan bertaruh untuk penduduk kuno Afrika, Asia, India, atau Amerika, mungkin sekitar 2000–6000 tahun yang lalu.”

Ilmuwan tersebut menggunakan penelitian terbaru untuk memperkirakan jumlah gen yang berperan dalam kemampuan intelektual manusia, dan jumlah mutasi baru yang merusak gen tersebut pada setiap generasi.

Ia menetapkan serangkaian 2.000 hingga 5.000 gen sebagai dasar kecerdasan manusia dan menghitung bahwa di antara gen-gen tersebut, masing-masing dari kita membawa dua atau lebih mutasi yang muncul dalam 3.000 tahun terakhir, atau 120 generasi.

Baca Juga: Damo, Putri Pythagoras dan Filsuf Yunani Kuno yang Misterius

Semua ini mengarah pada kesimpulan bahwa manusia mencapai puncak intelektualitasnya di masa lalu yang suram dan jauh. “Kita, sebagai spesies, secara mengejutkan rapuh secara intelektual dan mungkin mencapai puncaknya 2.000 hingga 6.000 tahun yang lalu,” tulis Crabtree.

"Jika seleksi hanya sedikit dilonggarkan, orang akan tetap menyimpulkan bahwa hampir semua dari kita berkompromi dibandingkan dengan nenek moyang kita 3.000 hingga 6.000 tahun yang lalu," tambahnya.

Pythagoras, matematikawan sekaligus filsuf Yunani kuno yang terkenal dalam sejarah dunia. (Public domain)

Kritik yang Muncul

Hipotesis Gerald Crabtree bahwa orang-orang Yunani kuno secara intelektual lebih unggul daripada manusia modern telah memunculkan banyak kritik yang substansial.

Para kritikus mengatakan kecerdasan adalah konstruksi yang kompleks, dan membandingkannya di berbagai era menghadirkan tantangan yang signifikan. Tidak ada metode standar untuk mengukur kecerdasan di zaman kuno.

Beberapa kritikus menambahkan bahwa tokoh-tokoh terkemuka seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles diingat secara tidak proporsional, menciptakan persepsi bias tentang kecerdasan rata-rata di era itu.

Masyarakat Yunani kuno memberi penekanan kuat pada filsafat, retorika, dan matematika. Fokus budaya ini mungkin telah berkontribusi pada pengembangan pemikir yang luar biasa, daripada menunjukkan populasi umum dengan kecerdasan yang lebih tinggi.