Meskipun demikian, Agrippina kembali ke Roma untuk memberikan pemakaman yang layak bagi saudaranya. Namun tindakannya mungkin merupakan manuver politik. Selain itu, Agrippina melakukannya sebagai upaya untuk menenangkan arwah Caligula yang jahat karena pemakaman yang tidak pantas.
Agrippina Muda juga menikahi kaisar berikutnya, Claudius, yang kebetulan adalah pamannya. "Hal ini merupakan suatu tindakan yang dianggap tidak baik di masa itu," kata Debbie Felton, penulis Haunted Greece and Rome.
Agrippina sangat ambisius. Sebagai saudara perempuan, keponakan, istri, dan ibu dari para kaisar, pengaruhnya terhadap Romawi tak tertandingi.
Namun, usahanya untuk mendapatkan kekuasaan berubah menjadi mematikan. Pada hari putranya Nero lahir, sejarawan Tacitus menyampaikan ramalan. Konon Nero akan memerintah Romawi dan membunuh ibunya. Tanpa gentar, Agrippina menyatakan, "Biarkan dia membunuhku, asalkan dia memerintah."
"Nero naik takhta saat remaja. Agrippina menduduki posisi kekuasaan yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya bagi seorang wanita," kata Anthony Barrett, penulis Agrippina: Sex, Power, and Politics in the Early Empire. Namun seiring bertambahnya usia, Nero mulai membenci pengaruh ibunya itu.
Upayanya untuk membunuh ibunya menjadi legenda. Pertama, Nero menggunakan racun, kemudian dengan memasang langit-langit agar runtuh menimpanya saat dia tidur. Ketika kedua upaya itu gagal, Nero mengundang Agrippina ke sebuah pesta. Ia mengirimnya pergi dengan perahu yang dirancang untuk hancur di laut.
Namun, Agrippina, yang telah menjadi perenang yang kuat selama pengasingannya di pulau, berenang menuju tempat yang aman. Salah satu pelayan perempuannya tidak seberuntung itu. Sang pelayan berteriak bahwa dia adalah Agrippina agar para pelaut mau menyelamatkannya. Sebaliknya, mereka memukul kepalanya dengan dayung.
Akhirnya, para pembunuh melacak Agrippina di vilanya. Kata-kata terakhirnya mengerikan: "Pukul rahimku!" perintahnya. Agrippina menuntut mereka untuk memukul rahim yang telah melahirkan putra yang mengkhianatinya.
Setelah kematiannya, ratapan misterius terdengar di dekat makamnya. Bahkan ada penampakan Furies yang memegang obor dilaporkan menghantui Nero. Diganggu oleh rasa bersalah dan paranoia, dia bahkan mencoba menghubungi hantu ibunya melalui pemanggilan arwah. Sang putra memohon pengampunan dari alam baka.
Nero: kaisar yang dikutuk
Kegilaan Nero semakin parah setelah kematian ibunya. Ia tidak begitu tertarik untuk memerintah, lebih memilih bernyanyi dan berakting di teater. Konon akting merupakan kegiatan yang akan menjadi "tanda keburukan" bagi orang Romawi kuno. "Para sejarawan kuno menggambarkannya sebagai ahli berpura-pura, bahkan di luar panggung," kata Shadi Bartsch, seorang profesor klasik di Universitas Chicago.
Tak lama kemudian, para sekutu mulai meninggalkan Nero secara berbondong-bondong. Suatu malam, ia terbangun dan mendapati istananya kosong. Ditandai akan dibunuh oleh Senat, yang telah menyatakannya sebagai musuh publik, Nero melarikan diri dari kota itu. Menghadapi kemungkinan ditelanjangi dan dipukuli sampai mati, ia memilih bunuh diri, menusukkan belati ke tenggorokannya.
Namun, kematian tidak banyak menghilangkan kenangan buruk akan Nero dalam ingatan orang Romawi.
Hantu Nero dikatakan juga menghantui Romawi di abad pertengahan. Menurut legenda, pohon kenari di dekat Basilika Santa Maria del Popolo menjadi pusat aktivitas setan. Dikatakan bahwa setan akan muncul dan meneror para peziarah. Di bawah pohon tersebut terdapat kerangka Nero. Paus Paschal II menebang pohon itu untuk membersihkan jiwanya dari Roma. Dan tulang-tulang Nero dibuang ke Sungai Tiber.
"Anda mungkin berpikir bahwa banyak hantu yang berkeliaran di Romawi kuno,” kata Felton. Tetapi cerita hantu tentang orang-orang terkenal tidak umum. Felton mengatakan bahwa tiga anggota keluarga yang terkenal ini menghantui orang-orang Romawi, sesuai dengan kehidupan mereka yang sangat mengerikan.