Bukan Sekadar Makam, Menguak Rahasia Pembangunan Piramida Mesir Kuno

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 5 Oktober 2024 | 08:06 WIB
Dibangun pada awal peradaban Mesir Kuno, Piramida Agung terus mengundang decak kagum hingga kini. Fungsi piramida masih menjadi perdebatan para ahli. (Blushade/CC BY-SA 2.5)

Dunn mengajukan teori bahwa piramida adalah 'generator energi resonansi'. Generator tersebut menggunakan kombinasi sifat piezoelektrik batu dan medan elektromagnetik alami bumi untuk menghasilkan energi. Piezoelektrik adalah fenomena alami di mana beberapa bahan dapat menghasilkan muatan listrik di bawah tekanan mekanis. Misalnya kuarsa, kristal atau batu kapur.

Dunn selanjutnya menyatakan bahwa “Kamar Ratu” di dalam piramida digunakan untuk menghasilkan gas hidrogen. Gas tersebut kemudian berinteraksi dengan material lain di dalam piramida untuk menciptakan pelepasan plasma. Energi tersebut dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk berbagai keperluan. Namun penggunaan pastinya masih bersifat spekulatif.

Tidak adanya jelaga sama sekali dari obor dan lampu minyak di dalam lorong-lorong piramida. Mereka yang menganut teori Dunn percaya bahwa orang Mesir kuno menggunakan beberapa bentuk cahaya atau energi alternatif.

Teori ini mendapat banyak penolakan dari kalangan akademisi. Para pengkritiknya berpendapat bahwa tidak ada bukti arkeologis langsung yang dapat mendukung gagasan ini.

Peta bintang kosmografi kuno

Peradaban kuno, termasuk Mesir, memiliki pengetahuan tingkat tinggi tentang langit, benda-benda angkasa, dan rasi bintang. Ada teori lain yang sangat populer tentang fungsi sebenarnya dari piramida. Teori ini menyatakan bahwa piramida dibangun sebagai alat astronomi atau peta bintang.

Teori ini terkait erat dengan karya Robert Bauval dan Graham Hancock. Keduanya menyatakan bahwa tata letak piramida, khususnya yang di Giza, mencerminkan kesejajaran bintang-bintang di rasi bintang Orion. Dan sungguh, ketika keduanya dibandingkan, kemiripannya sangat mencolok.

Teori Bauval menyatakan bahwa tiga piramida utama di Giza dibangun agar sejajar dengan tiga bintang di konstelasi Sabuk Orion. Bintang itu adalah Alnitak, Alnilam, dan Mintaka. Penulis menyatakan bahwa kesejajaran tersebut terlalu tepat untuk menjadi suatu kebetulan. Menurutnya, orang Mesir kuno membangun piramida untuk mencerminkan kepercayaan mereka pada kehidupan setelah mati dan surga di atas sana.

Bagaimanapun, orang Mesir percaya bahwa Orion terhubung dengan dewa kehidupan setelah mati dan kelahiran kembali, Osiris. Hal ini menjadikan kesejajaran tersebut sebagai perjalanan simbolis ke bintang-bintang dan kehidupan abadi di luar sana.

Fitur utama lain dari teori ini adalah kesejajaran yang sangat tepat antara Piramida Besar dengan empat titik mata angin.

Selain itu, poros-poros di dalam Piramida Besar, yang selama ini dianggap sebagai poros ventilasi, dianggap berfungsi sebagai garis pandang langit. Garis pandang tersebut menunjuk ke bintang-bintang tertentu, yaitu Orion dan Sirius.

Energi kuno