Oleh karena itu, bersama temannya Pylades, Orestes mematuhi kehendak dewi dan dibawa ke hadapan Iphigenia.
Saudarinya yang terkasih sekarang menjadi orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pengorbanan bagi para tahanan asing.
Awalnya, kedua saudara itu tidak saling mengenal. Namun, mereka segera mengungkapkan identitas mereka satu sama lain, dalam sebuah pengungkapan takdir yang luar biasa.
Akibatnya, mereka melarikan diri dengan cepat kembali ke tanah air mereka, Yunani, bersama dengan patung suci yang diminta Orestes untuk dibawa.
Tentu saja, kisah Iphigenia benar-benar rumit, dengan liku-liku yang lebih dalam. Namun, pesan mendasar dari kisah ini telah diabadikan dalam berbagai karya sastra dan drama.
Yang paling terkenal adalah drama Euripides berjudul ”Iphigenia in Aulis” dan ”Iphigenia in Tauris”.
Kedua drama ini telah menjadi kisah klasik dalam tradisi sastra Yunani kuno dan memiliki tempat yang menonjol dalam mitologi Yunani kuno.
Kisah tragedi dan harapan ini adalah kisah di mana takdir, kehendak dewa, dan tindakan manusia dipadukan dengan cara yang sangat menyentuh.
Tema-tema ini telah memikat penonton selama berabad-abad dan terus dipelajari secara ekstensif oleh para sarjana budaya Yunani kuno.
Jika kita memperluas dan melihat cerita ini dalam konteks mitologi Yunani kuno yang lebih luas, kisah hidup Iphigenia menyoroti dilema moral yang dihadapi oleh individu yang terjebak antara keinginan pribadi dan norma-norma sosial.
Iphigenia terus melambangkan tema abadi pengorbanan dan penebusan. Kisahnya merupakan klasik yang kaya akan drama dan emosi. Itulah sebabnya kisah ini terus menginspirasi dan menggugah pemikiran.