Rahasia Tarekat Sufi 'Backingan' Janissari, Korps Militer Terkuat Ottoman

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 6 Oktober 2024 | 18:00 WIB
(Ilustrasi) Janissari berafiliasi dengan tarekat Bektashi (wikipedia)

Oleh karena itu, telah menjadi kecenderungan umum di kalangan sejarawan Ottoman abad ke-19 untuk tidak membuat perbedaan yang jelas antara kedua peristiwa ini.

Menghubungkan kedua peristiwa pembubaran pada tahun 1826 sebagai bagian dari Vakay-i Hayriyye (Peristiwa yang Menguntungkan) dan menganggapnya sebagai upaya modernisasi negara mungkin menghasilkan asumsi sejarah yang tidak konsisten.

Dalam konteks ini, seseorang mungkin berpikir bahwa Tarekat Bektashi adalah penghalang reformasi dan menganggap mereka tidak punya semangat kemajuan. Padahal, bukan berarti Bektashi menentang modernisasi.

Sebaliknya, Beşiktaş Cemiyet-i Ilmiyesi (Komunitas Ilmu Pengetahuan Beşiktaş), yang anggotanya dituduh sebagai penganut Bektashisme, didirikan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi Ottoman.

Beberapa anggotanya, yaitu Ismail Ferruh Efendi, memberikan kuliah sastra. Sementara itu Şanizade Ataullah Efendi memberikan kuliah ilmu pengetahuan dalam komunitas tersebut.

Meskipun Cevdet Pasha menyatakan bahwa anggota komunitas ini tidak terkait dengan Bektashisme, sejarawan Lütfi Efendi bersikeras bahwa orang-orang ini yang dikenal sebagai mezhebsiz (orang-orang yang tidak berasal dari madzhab Sunni).

Akibat dari tuduhan Bektashisme, tiga anggota komunitas diasingkan. Ini berarti bahwa meskipun mereka adalah modernis, mereka tetap dihukum jika mereka anggota Bektashi.

Oleh karena itu, melihat semua Bektashi sebagai penghalang terhadap upaya modernisasi negara mungkin merupakan pendekatan yang kurang tepat.

Tampaknya sultan melihat pembubaran ini sebagai cara untuk memperkuat otoritasnya dan penghancuran Korps Janissari menjadi pencapaian penting tersendiri bagi Ottoman.

Pemberontakan terakhir Janissari dihentikan dengan pemboman selama setengah jam yang mengakibatkan terbantainya ratusan Janissari.

Para sarjana menyoroti ketakutan negara terhadap pemberontakan balasan, yang mungkin dilakukan oleh mantan anggota Janissari atau simpatisannya.

Baca Juga: Bayangan 'Raja Kafir' Buat Melayu-Nusantara Menggandeng Ottoman

Oleh karena itu, sultan menjadikan Bektashi sebagai target operasi karena afiliasi mereka dengan Janissari dan memprovokasi protes terhadap Ottoman setelah Janissari dibubarkan.

Dalam proses pembubaran tarekat ini, tiga tokoh Bektashi ditangkap dengan tuduhan menyebarkan gagasan untuk membangkitkan kembali Janissary ocak (unit militer Janissari).

Bahkan jika Bektashi cenderung melindungi mantan anggota Janissari, hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk sepenuhnya menghapuskan Tarekat Bektashi.

Namun, pembubaran Janissari secara otomatis meningkatkan kekuasaan sultan. Pemerintahan Sultan Mahmud II kemudian membersihkan pemerintahannya dari sisa-sisa Janissari untuk kekuasaan absolutnya.

Sebagai penguasa absolut, ia juga menghancurkan Bektashi dan anggota komunitas ilmu pengetahuan Beşiktaş yang diafiliasikan sebagai simpatisan Bektashi.

Selain itu, ia juga bisa menargetkan tarekat Sunni lainnya karena otoritarianismenya, termasuk Naqshbandi sendiri. Tampaknya Tarekat Bektashi dihapuskan karena perebutan kekuasaan antara Mahmud II dan Korps Janissari.