Para peminum di Jepang semakin menyukai bir setelah pembatasan selama Perang Dunia II yang melarang penggunaan beras untuk membuat sake. Pada tahun 1950-an, bir menjadi minuman beralkohol paling populer di Kekaisaran Jepang. Dan, pada akhir tahun 1980-an, Kekaisaran Jepang dikenal secara internasional karena kategori “bir kering”. Bir renyah dan khas ini pertama kali diperkenalkan oleh merek Asahi.
Bir di Tiongkok
Sementara itu, di Tiongkok, orang Rusia mulai membuat bir di Harbin sekitar pergantian abad ke-20. Orang Jerman juga mendirikan pabrik bir Tsingtao pertama di Shandong beberapa tahun kemudian.
Tidak seperti di India Britania, orang Jerman mendorong minum bir di antara penduduk Tiongkok. Tindakan itu sebagai bagian dari upaya integrasi budaya yang juga mencakup mengizinkan perkawinan campuran dan sekolah terpadu.
“Satu foto menangkap pertemuan di gerbong kereta antara pejabat Jerman yang memegang cangkir teh Tiongkok dan jeruk dengan gelas bir,” tulis Pilcher.
Pada awal abad ke-20, peminum bir Tiongkok sebagian besar menyukai merek Jepang. Namun boikot barang-barang Jepang pada tahun 1920-an mendorong perkembangan industri pembuatan bir dalam negeri. Saat ini, masih banyak merek lokal di seluruh negeri.
Di seluruh Asia, dan selama lebih dari satu abad, bir memiliki banyak makna yang berbeda. Pilcher menyimpulkan bahwa bir dapat secara bersamaan memberikan status modern kepada para ideolog nasionalis. Selain itu juga mendukung program mereka untuk melampaui persaingan regional, semuanya dalam gelas berbusa.