Inisiatif untuk mencapai impian
Vision for Adapted Crops and Soils, sebuah inisiatif yang digagas AS dan dipimpin oleh Fowler, sejalan dengan tujuan tersebut. Inisiatif ini bertujuan membangun sistem pangan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dengan fokus pada tanaman lokal dan pengelolaan tanah yang berkelanjutan.
"Setelah diluncurkan di Afrika tahun lalu, inisiatif ini kini telah meluas ke Amerika Tengah dan Kepulauan Pasifik," jelas Karas.
Dampak perubahan iklim terhadap pasokan pangan global memang sudah sering dibahas. Cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan telah menyebabkan kerusakan parah pada pertanian.
Namun, yang sering luput dari perhatian adalah dampak perubahan iklim terhadap nutrisi anak-anak. Stunting dan wasting, dua bentuk malnutrisi kronis, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif yang berdampak jangka panjang bagi anak-anak.
Dalam skala yang lebih luas, masalah ini juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan kondisi yang memprihatinkan: pada tahun 2022, sebanyak 148 juta anak di dunia mengalami stunting dan 45 juta lainnya menderita wasting, bentuk malnutrisi akut yang paling parah.
"Kondisi ini diperparah oleh perubahan iklim yang semakin ekstrem, seperti yang ditegaskan dalam laporan tahunan Goalkeepers dari Yayasan Gates," ungkap Karas.
Jangan sampai angka-angka terus memburuk
Menghadapi situasi ini, Fowler keprihatinan yang mendalam. "Kita tidak boleh membiarkan angka-angka ini terus meningkat," tegas Fowler.
"Oleh karena itu, kita harus fokus tidak hanya pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga pada peningkatan kualitas nutrisi makanan, terutama di tengah perubahan iklim yang semakin tidak menentu."
Baca Juga: Berkah Ketahanan Pangan dari Tanjung Haro Sikabu-kabu Padang Panjang