Hierarki Rumah yang Membelah Bumi-Langit Kehidupan di Romawi Kuno

By Galih Pranata, Selasa, 15 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Atrium pada Domus di Romawi Kuno, perlambangan rumah pribadi yang mewah, membelah bumi-langit kehidupan masyarakat Romawi Kuno. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.grid.id—Hiruk pikuk abad pertengahan, tersirat dalam kias tinggalan arsitektur kunonya. Sebuah abad yang mengisahkan tentang perabadan dan segelintir kesenjangan sosialnya yang menganga, lahir dari bangunan-bangunan tua.

Dahulu, kemewahan dan kemelaratan di zaman Romawi Kuno, dapat dilihat dari arsitektur bangunan huniannya. Kemegahan yang tersaji dari bangunannya, melampaui zaman yang penuh keruh pertikaian antar manusia, hidup hingga di abad-abad modern kini.

"Pada gilirannya, hal itu berfungsi sebagai sarana untuk membentuk struktur sosial kehidupan sehari-hari," tulis Kyra Nelson kepada Arcadia dalam artikelnya berjudul The Social Hierarchy of Ancient Roman Housing, terbitan 17 Juli 2023.

Kyra meneruskan: "hadir dalam berbagai ukuran dan gaya, perumahan di zaman Romawi kuno sebagian besar bergantung pada prestise sosial, status ekonomi, dan kebutuhan pekerjaan."

Kelas bawah akan tinggal di tempat tinggal yang kecil dengan sedikit kenyamanan, sementara orang-orang kaya dapat tinggal di rumah yang luas dan dihias dengan kondisi arsitektur yang baik.

Sebagian besar penduduk Romawi kuno adalah penduduk kelas bawah yang tinggal di rumah-rumah pertanian yang miskin. Tinggal di tempat berupa pondok atau gubuk dengan satu atau dua kamar.

Biasanya mereka hanya miliki sedikit perabotan, dan bergantung pada perapian di dalam rumah, utamanya untuk pemanas dan memasak.

Pendapatan setiap pertanian bervariasi, meskipun terlepas dari ukurannya, rumah pertanian diharapkan dapat mencukupi kebutuhan sendiri; mereka menghasilkan semua makanan mereka, memelihara ternak, dan memanen wol domba untuk membuat pakaian mereka.

Dilengkapi dengan marmer, ruangan di Domus Aurea dilengkapi dengan lukisan-lukisan dinding. (Andy Montgomery)

Penduduk daerah pedesaan memiliki akses terbatas ke kota, yang membatasi kesempatan untuk mengimpor barang apa pun atau berpartisipasi dalam ritual sosial kehidupan perkotaan yang tersedia untuk semua kelas, seperti halnya pemandian umum.

Meski sejak awal tinggal di rumah pertanian yang sederhana, namun, pada akhir Republik, bangunan sewa yang dikenal sebagai insulae menjadi hal yang umum di daerah perkotaan dan dapat menampung banyak warga kelas bawah.

Baca Juga: Kuak Jurang Pemisah dalam Kelas Sosial Masyarakat Romawi Kuno

Lain dari kehidupan orang-orang yang hidupnya susah dan serba melarat, kesenjangan sosial yang tercipta juga hadir dalam domus. Sebuah hunian kelas atas yang membelah bumi-langit kehidupan di Romawi Kuno.

"Domus, rumah satu keluarga yang nyaman yang memberikan penghuninya rasa kesendirian dari gaya hidup kota yang ramai. Sebagian besar rumah pribadi mengikuti tata letak dan fitur gaya yang sama, tetapi sangat bervariasi dalam ukuran," terus Kyra.

Seperti insulae, domus menjadi terkenal selama akhir Republik, menampilkan atrium yang menjadi tata letak arsitektur tradisional untuk rumah-rumah pribadi yang mewah.

Kyra meneruskan, "atrium adalah ruangan paling depan dari rumah dan hanya dapat dimasuki melalui halaman tertutup kecil—vestibulum—yang menempatkan pintu masuk domus jauh dari jalan."

Sebagai sarana untuk menunjukkan status kekayaan pemilik rumah kepada setiap pengunjung, atrium dihiasi dengan elegan dengan patung, ubin, mosaik, lukisan dinding, dan kolom.

Orang-orang di Romawi Kuno sering menampilkan lalarium, atau kuil kecil untuk dewa dan roh keluarga, tempat keluarga secara teratur berdoa. Di bagian tengah atap terdapat compluvium, bukaan yang memungkinkan cahaya masuk ke atrium.

Di bawah bukaan tersebut terdapat impluvium, baskom lebar untuk menampung air hujan yang disimpan dalam pot keramik di bawah tanah, karena hanya rumah-rumah terkaya yang dibangun dengan sistem perpipaan.

Atrium di domus menjadi pilar arsitektur rumah tangga dan pusat kehidupan rumah tangga, ruang utama tempat semua ruang lainnya terbuka. Dari sanalah, pancar kekayaan dan status sosial dapat menyala lebih terang.

Bangsawan Romawi yang ingin melarikan diri dari kehidupan sehari-hari yang sibuk di kota dapat mundur ke perkebunan pedesaan mereka yang disebut villa. Ya, seperti yang dikenal hari ini, orang kaya raya kota akan miliki rumah singgah di pedesaan, villa namanya.

Di perdesaan yang permai, bangsawan kaya Romawi akan membangun Villa rustica sekaligus sebagai perusahaan pertanian dan berfungsi sebagai lahan pertanian yang berfungsi sebagai tambahan akomodasi untuk tempat tinggal.

Villa rustica akan menyediakan lumbung, kandang ayam, sarang lebah, penggilingan gandum, pemeras minyak dan anggur, dan fitur pertanian lainnya dari villa pertanian yang kaya.

Villa rustica milik kaum elit sering kali mewah dan biasanya memiliki kamar mandi untuk kenyamanan paterfamilias, keluarganya, dan setiap pengunjung yang mungkin mereka miliki.