Singkap Delapan Ibu Kota Tiongkok Kuno yang Menjadi Permata dari Timur

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 19 Oktober 2024 | 08:00 WIB
Sejarah Tiongkok kuno telah berlangsung selama berabad-abad. Selama ribuan tahun, ada beberapa ibu kota kuno yang menjadi permata dari timur. (Caoyuan/CC BY-SA 3.0)

Kota ini dapat dikatakan sebagai kota paling makmur dan maju secara budaya di Tiongkok. Di kota ini, situs suci tempat budaya dan seni berkembang pesat. Saat ini, kota ini menjadi lokasi banyak situs arkeologi yang tak ternilai. Termasuk Gua Longmen yang terkenal di dunia, dan pemakaman kuda dan kereta perang Zhou Timur.

Nanjing

Terletak di Delta Sungai Yangtze di Tiongkok Timur, Nanjing selalu menjadi salah satu kota terpenting dalam sejarah Tiongkok. Nanjing menjadi ibu kota bagi berbagai penguasa sejak abad ke-3 Masehi.

Kota ini menjadi ibu kota regional dan provinsi selama lebih dari 4 abad. Namun pertama kali kota ini menjadi ibu kota negara bagian barulah pada tahun 229 Masehi, di bawah negara Wu Timur. Jin Barat menaklukkan kota ini pada tahun 280.

Di bawah pemerintahan Jun Barat, kota ini tidak hancur dan terus berkembang. Saat itu Nanjing bahkan menjadi salah satu pusat komersial dan budaya terbaik di seluruh Tiongkok. Secara historis, Nanjing hampir selalu menjadi ibu kota Tiongkok Selatan dan semua dinasti serta negara bagiannya.

Kota ini mengalami masa terburuknya selama Dinasti Sui, yang merebutnya. Saat itu, Dinasti Sui benar-benar menghancurkan seluruh kota.

Setelah dihancurkan oleh Dinasti Sui, kota ini tidak lebih dari sekadar kota kecil. Namun Louyang sekali lagi bangkit dari abu pada periode berikutnya, kembali ke kejayaannya sebelumnya selama akhir Dinasti Tang.

Saat ini, Louyang dipenuhi dengan beberapa peninggalan dan situs terbaik dalam sejarah Tiongkok. Termasuk makam Ming Xiaoling, dan Istana Ming.

Beijing

Beijing merupakan permata mahkota Tiongkok, ibu kota Tiongkok modern, dan kota terpadat ketiga di planet ini. Kota ini selalu memiliki peran penting dalam sejarah Tiongkok. Beijing menjadi ibu kota bagi banyak penguasa, dan terakhir bagi Republik Rakyat Tiongkok.

Salah satu kota paling awal di situs ini adalah Jicheng, ibu kota Negara Ji. Selama periode Tiga Kerajaan, kota ini direbut oleh pahlawan legendaris Cao Cao. Pada tahun 1215 M, kota ini - yang sangat berkembang saat itu - dihancurkan sepenuhnya oleh Genghis Khan.

Setelah itu, kota ini bangkit kembali dari reruntuhannya, dan dibangun kembali serta disempurnakan oleh banyak dinasti. Termasuk Dinasti Yuan, Ming, dan Qing.

Revolusi Tiongkok tahun 1911 bertujuan untuk mengakhiri kekuasaan kekaisaran dan mendirikan negara republik. Setelah itu, Beijing menjadi ibu kota hanya untuk sementara waktu, sebelum digantikan oleh Nanjing. Namun setelah Perang Saudara Tiongkok, pada tahun 1949, kota ini kembali dinyatakan sebagai ibu kota. Beijing tetap menjadi ibu kota Tiongkok hingga hari ini.

Peran ibu kota sangatlah penting. Kota-kota yang mendapatkan kehormatan ini haruslah sangat maju, tempat budaya, seni, dan perdagangan. Bagi Tiongkok kuno - yang wilayahnya selalu sangat luas - kota-kota seperti itu sangat banyak jumlahnya. Dan dalam permainan politik dinasti yang berkuasa, kota-kota kuno itu tumbuh dalam kekayaan dan budaya.

Banyak dari kota-kota kuno tetap menjadi pusat penting hingga hari ini. Namun tidak semua kota beruntung. Beberapa dari mereka sekarang berada di bawah tanah Tiongkok, hancur menjadi puing-puing dan menjadi kabut kenangan.

Apa yang dulunya merupakan ibu kota yang berkembang dan makmur, sekarang tidak lebih dari sekadar kenangan masa lalu. Orang hanya bisa bertanya-tanya betapa hebatnya kota-kota Tiongkok kuno ini sebenarnya.