5 Novel Klasik Tak Lekang Waktu yang Terinspirasi dari Mitologi Yunani

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 19 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Kepergian Ulysses dari Negeri Phaeacians. Setidaknya ada 5 novel klasik tak lekang waktu yang terinspirasi dari mitologi Yunani (Wikimedia Commons/Public Domain)

Dorian Gray dapat dilihat sebagai Narcissus era Victoria, yang dikuasai oleh kesombongannya sendiri.

Obsesinya dengan potretnya akhirnya menjadi kehancurannya dan menyebabkan kejatuhannya yang tragis.

Mitos Narcissus yang bergema melalui karya Wilde terasa lebih relevan dari sebelumnya saat ini—dan karya klasik ini tentu saja mengandung beberapa pelajaran berharga.

4. Autobiografi Red, karya Anne Carson

Karya klasik yang lebih “kontemporer”, Autobiografi Red adalah novel syair yang diterbitkan pada tahun 1998 oleh penulis, penulis esai, dan profesor Anne Carson.

Inspirasinya terletak pada mitos Hercules dan Tugas Kesepuluhnya. Ia harus mengambil ternak dari raksasa bertubuh tiga Geryon.

Dalam mitologi Yunani, Geryon digambarkan sebagai raksasa dalam bentuk mengerikan, cucu Medusa dan keponakan Pegasus.

Dalam novelnya, Carson menawarkan interpretasi metaforis yang segar dari mitos tersebut. Geryon digambarkan sebagai anak laki-laki muda “mengerikan” yang menanggung pelecehan dari kakak laki-lakinya.

Ia menemukan pelipur lara dalam fotografi, dan menyalakan romansa dengan seorang pemuda bernama Heracles.

Penafsiran ulang Carson menunjukkan bagaimana seorang penulis yang berpengalaman dalam mitologi Yunani dapat membentuk kembali cerita-cerita ini menjadi sesuatu miliknya sendiri, kritis dan informatif, yang beresonansi kuat dengan pembaca modern.

5. ‘Till We Have Faces, oleh C.S. Lewis

Till We Have Faces adalah novel tahun 1956 karya C.S. Lewis, penulis The Chronicles of Narnia.

Novel ini terinspirasi dari dua tokoh yang kurang dikenal dalam mitologi Yunani, yaitu Eros, dewa cinta, dan Psyche, dewi jiwa.

Lewis secara khusus menata ulang kisah kuno tentang Cupid (padanan Romawi dari Eros) dan Psyche, sebagaimana diceritakan oleh Apuleius pada abad ke-2 Masehi, dengan mengubah perspektifnya.

Novel ini menceritakan kembali mitos Cupid dan Psyche melalui sudut pandang kakak perempuan Psyche, Orual.

Berbeda dengan mitologi Yunani, di mana saudari-saudari Psyche digambarkan iri terhadap hubungannya dengan Eros dan menipu Psyche untuk mengkhianatinya, Lewis memberikan peran yang kuat pada Orual.

Ia secara terbuka menuduh para dewa dan berusaha menyelamatkan Psyche, yang telah dikorbankan kepada "Dewa Gunung."

Orual menceritakan kisah tersebut sebagaimana yang "benar-benar" terjadi, menantang mitos aslinya. Dengan demikian, Lewis menunjukkan bagaimana sebuah narasi seperti miliknya dapat membentuk ulang makna sebuah mitos.