Saat Gemuk dan Obesitas Dipandang Prestisius dalam Sejarah Amerika

By Galih Pranata, Senin, 21 Oktober 2024 | 18:00 WIB
Gambar yang menunjukkan Clambake Tahunan ke-15 dari Klub Pria Gemuk di Connecticut. Kegemukan dianggap prestis di Amerika abad ke-19. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.grid.id—Saat ini, di Amerika Serikat, laba industri penurunan berat badan tumbuh dengan mantap seiring dengan pertumbuhan lingkar pinggang orang-orangnya.

Kebanyakan orang Amerika modern akan lebih senang untuk memiliki bentuk badan yang terbilang ideal ketimbang terlalu gemuk. Industri penurun berat badan akan jadi pilihan mereka.

Namun, jika kembali ke beberapa generasi mereka dalam kurun sejarah, tatkala nenek moyang bangsa Amerika melihat industri penurunan berat badan di era modern, mereka malah akan kebingungan. Untuk apa menurunkan berat badan?

Faktanya, di akhir abad ke-19, kebanyakan dari generasi Amerika di zaman itu berharap bahwa mereka akan cukup beruntung menjadi terlalu gemuk.

Di abad modern ini, "wabah obesitas" akan dianggap sebagai krisis kesehatan masyarakat di wilayah Amerika Utara. Namun, lemak tidak selalu memiliki konotasi negatif seperti itu.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, terjadi perdebatan yang ramai dan kompleks tentang makna lemak dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan kecantikan. 

Di abad yang serba sulit sekiranya tahun 1800-an hingga awal 1900-an, kebanyakan moyang bangsa Amerika hidup serba sulit. Lebih banyak berlari karena perburuan di hutan liar karena predator.

Di abad sulit itu pun banyak yang hidup dengan penuh kerja keras sebagai petani atau budak, yang di mana menuntut mereka tidak memiliki kesempatan yang cukup banyak duduk.

Atau juga tidak memiliki banyak tambahan makanan untuk dimakan sehingga menjadi gemuk. Ketika makanan dan waktu luang menjadi langka, "menjadi gemuk menunjukkan keberuntungan!" tulis Khalid Elhassan.

Khalid menulisnya kepada History Collection dalam artikelnya berjudul "When Boys Wore Dresses, and Other Fascinating Traditions and Conventions From History", terbitan 16 Mei 2024.

Sepanjang sejarah, orang-orang yang beruntung karena dapat hidup senang akan memamerkan keberuntungan mereka. Itu menjelaskan munculnya klub pria gemuk di Amerika akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh.

Baca Juga: Mumi Balita di Austria Mengalami Obesitas tapi Kurang Gizi, Kok Bisa?

Kelebihan berat badan dilihat sebagai tanda kesuksesan ekonomi, dan juga dianggap berhubungan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan. Klub pria gemuk pertama didirikan di Kota New York pada tahun 1869.

Dalam komunitas yang prestisius ini, pria gemuk yang kaya raya akan berkumpul untuk merayakan dan memamerkan obesitas mereka. Keanggotaannya bergantung pada berat badan—biasanya, minimal berat badannya 90 kg.

Asosiasi pria gemuk di Connecticut menjadi yang dipandang digdaya secara ekonomi, mewakili kehidupan yang hedonisme. (Messrs, Fisk & Stout/Forgotten Stories)

Klub pria gemuk kemudian menjadi semakin populer di seluruh Amerika Serikat, dan khususnya secara umum di negara bagian Texas. Selain di Amerika, The Fat Men's Club juga merambah hingga di Prancis, Serbia, dan Inggris. 

Pada pertemuan klub pria gemuk, selalu ada penimbangan yang sering kali menjadi kompetitif. Terutama di klub yang menetapkan peran berdasarkan berat badan, di mana yang paling gemuk diangkat menjadi presidennya.

Kemudian, pria yang paling gemuk kedua akan menjadi bendahara, dan seterusnya. Hari ini, kita akan berusaha mengecilkan berat badan, tetapi dulu, anggota klub gemuk berusaha keras untuk menambah berat badan di penimbangan demi mendapat jabatan prestisius.

Terkadang, demi ambisinya, pria yang curang akan mengisi saku mereka dengan koin, sehingga bertambahlan berat badannya. Barulah pada tahun 1920-an, ketika hubungan antara obesitas dan kesehatan yang buruk menjadi lebih dikenal, klub pria gemuk mulai ditinggalkan.

Salah satu yang terbesar, Klub Pria Gemuk di New England, terakhir kali bertemu pada tahun 1924. Saat itu, keanggotaan telah turun dari 10.000 menjadi hanya 38, dan ketika tidak ada yang lulus penimbangan, klub tersebut akhirnya bubar.

Betapa pun, dalam kurun sejarah Amerika, menjadi gemuk berarti menggambarkan kesejahteraan hidup dan makan sepuasnya menjadi keinginan banyak orang kala itu. Sebaliknya, menjadi kurus tidak dianggap menarik.

Sampai pada stigma bahwa bertubuh gemuk itu seksi, seperti yang diilustrasikan oleh seni Rubens dan standar kecantikan modelnya yang bertubuh besar. Namun, beberapa melampaui gaya Rubenesque.

Ambil contoh Raja Rumanika, penguasa kesembilan belas Buganda di Afrika Tengah, yang menyukai wanita yang sangat gemuk. Alih-alih mencari yang bertubuh kurus, Rumanika memiliki harem wanita-wanita bertubuh besar.

Begitu besarnya, mereka tidak bisa berdiri. Alih-alih berjalan, mereka berjalan terhuyung-huyung seperti anjing laut gajah. Mereka diberi makan—atau lebih tepatnya, dipaksa makan—bubur yang mengandung banyak susu kambing agar tetap montok.

Sang raja memerintahkan para pelayan untuk berdiri di atas harem-harem besarnya pada waktu makan dengan cambuk untuk memastikan mereka menghabiskan semua makanan yang diberikan.