Indonesia Kirim 6 Pemimpin Muda untuk Perjuangkan Keanekaragaman Hayati Dunia di Kolombia

By Ade S, Rabu, 23 Oktober 2024 | 08:03 WIB
Novita Ayu Matoneng Oilsana (kaos putih), pendiri Komunitas BALENTA. ()

Nationalgeographic.grid.id—Lebih dari 190 negara akan berkumpul di Cali, Kolombia, pekan ini untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Keanekaragaman Hayati atau COP CBD 16.

Pertemuan penting ini akan menyatukan berbagai pihak, mulai dari pemerintah dan organisasi lingkungan hingga masyarakat adat, pengusaha, anak muda, dan para ahli.

Menurut Mufti Barri, Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia, konferensi ini sangat relevan bagi Indonesia. Negara kita dikenal memiliki kekayaan alam yang luar biasa, termasuk keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

Keanekaragaman hayati tidak hanya mencakup tumbuhan dan hewan, tetapi juga manusia, terutama masyarakat adat yang hidup selaras dengan alam.

Mufti menekankan bahwa COP kali ini sangat penting untuk menunjukkan siapa sebenarnya penjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas di bumi ini sekaligus untuk memastikan kehidupan yang selaras dengan alam.

"Gangguan alam sekecil apa pun akan berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, karena manusia sejatinya menjadi bagian dari ekosistem tersebut," tutur Mufti.

Mufti mengambil contoh wabah COVID-19 yang pernah menyerang yang terjadi karena adanya gangguan ekosistem dan rantai makanan. Hingga kemudian memunculkan dan menyebarkan virus baru dan berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia.

Berkaitan dengan peran orang muda, Life of Pachamama, sebuah organisasi pemuda Kolombia yang menjadi tuan rumah COP16, menginisiasi program khusus yang memberikan ruang bagi para pemimpin muda dari berbagai penjuru dunia untuk bersuara.

Program solidaritas ini dirancang sebagai sebuah platform dinamis yang memungkinkan para pemuda, khususnya mereka yang berasal dari negara-negara berkembang atau Global South, untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan gagasan inovatif terkait isu-isu kritis keanekaragaman hayati.

Dengan demikian, COP16 tidak hanya menjadi ajang perundingan antar negara, tetapi juga menjadi ruang bagi generasi muda untuk turut serta dalam merumuskan kebijakan dan solusi yang berkelanjutan.

Dalam konteks ini, partisipasi pemuda Indonesia menjadi sorotan. Melalui proses seleksi yang ketat, sejumlah pemuda Indonesia terpilih untuk menjadi delegasi dalam program solidaritas ini.

Baca Juga: Forum Bumi: Apa yang Terjadi Jika Keanekaragaman Hayati Punah?

Kriteria seleksi yang diterapkan sangat komprehensif, mencakup representasi wilayah, dampak perubahan iklim, serta tingkat keterlibatan dalam isu-isu lingkungan di tingkat lokal maupun internasional.

Jose Fernando Palacio dan Juan David Amaya, dua pemimpin kunci dari Life of Pachamama, menjelaskan bahwa pemilihan delegasi Indonesia dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa suara-suara dari daerah yang paling terdampak oleh krisis iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati dapat didengar di tingkat global.

Para delegasi muda Indonesia ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara masyarakat akar rumput dengan para pengambil keputusan di tingkat tinggi.

Berikut ini keenam delegasi muda Indonesia yang akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Keanekaragaman Hayati atau COP CBD 16:

1) F. Deliana Winki: Pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kualan2) Andi Reza Zulkarnain: Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific (EAPRO)3) Novita Ayu Matoneng Oilsana: Pendiri Komunitas BALENTA4) Salma Zakiyah: Program Officer MADANI Berkelanjutan5) Raja Mulkan Azhari: Campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAkA)6) Naomi Waisimon: Social Entrepreneur