Melestarikan Budaya Kaum Pedesaan Indonesia Melalui Leksikon Bahasa

By Utomo Priyambodo, Minggu, 27 Oktober 2024 | 07:05 WIB
Kegiatan mengukir di Jepara. (Albertus Hendriyo Widi/KOMPAS)

“Di sinilah kita akan melihat leksikon peralatan dapur tradisional dan modern yang sudah mengalami perubahan pada masyarakat. Peralatan dapur tradisional untuk menanak nasi, seperti dandang, juga kukusan, sudah tergeser oleh peralatan dapur modern seperti magic com, magic jar. Lalu pemanas air seperti ceret tergeser oleh water heater, juga dispenser. Sedangkan tungku dan anglo tergeser oleh kompor gas,” urainya.

Ia menyimpulkan, penggunaan peralatan dapur modern dipilih dengan pertimbangan lebih efisien. Jika dilihat kondisi dari zaman ke zaman, peralatan dapur modern biasanya menggunakan tenaga listrik. Sementara itu tenaga listrik pada masa lalu belum tersedia sampai ke pelosok-pelosok, sehingga masyarakat memanfaatkan kayu atau arang sebagai bahan bakar untuk memasak.

Dengan demikian, ia berpendapat, pergaulan yang luas dan sesuatu hal baru yang dapat diakses secara mudah telah berpengaruh pada pola hidup sehari-hari. Termasuk dalam memilih peralatan masak yang dianggap lebih praktis dan efisien.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti PR BSK BRIN lainnya, Rini Esti Utami, menjelaskan hasil penelitiannya mengenai pelestarian kerajinan ukiran kayu jepara melalui pengenalan istilah. Kabupaten Jepara dikenal dengan sentra kerajinan kayu ukir yang menjadi ikon dan denyut nadi yang menggerakkan roda perekonomian kota tersebut.

“Produk-produk ukiran Jepara sudah dikenal di berbagai negara, karena telah diekspor ke berbagai penjuru negara,” terangnya.

Jejak seni ukir Jepara diyakini sudah ada sejak pemerintahan Ratu Kalinyamat 1521—1546. Hal ini terlihat dari ukiran pada 114 batu putih berelief di Masjid Mantingan dan kompleks makam Sunan Hadlirin (suami Ratu Kalinyamat yang dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara).

Lebih lanjut Rini menjelaskan, seni ukir di Jepara pernah mengalami mati suri tetapi kembali berkembang dan mulai dikenal dunia internasional pada masa Kartini. Saat itu, hasil ukirannya berupa peti jahit, pigura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan barang suvenir lainnya dipamerkan dan dijual ke Semarang dan Batavia (Jakarta). Kartini juga memberikan hadiah kepada teman-temannya di luar negeri.

Rini menyoroti salah satu upaya pelestarian seni ukir di Jepara dilakukan melalui pengenalan kosakata yang berkaitan dengan seni ukir di Kabupaten Jepara.

Terkait leksikon bahasa, ada beberapa istilah dalam kerajinan ukir di Jepara. Salah satunya istilah dalam tahap pembuatan ukiran, yaitu nggetaki. Nggetaki adalah pengaplikasikan pola dari kertas ke kayu.

Lalu istilah ndasari, yang artinya mendasari pahatan pada kayu sebelum proses pengukiran dimulai. Kemudian mbukaki atau nggrabahi sebagai istilah dalam membentuk pahatan sederhana pada kayu atau papan sebagai langkah awal.

Ada pula istilah mbenangi yang berarti membentuk garis lekukan pada motif ukiran. Terakhir adalah finishing sebagai tahap terakhir dalam membuat ukiran. Pada tahap akhir ini ukiran dihaluskan sampai menjadi karya yang indah.