Sejarah Dunia: Fakta Praktik Menciutkan Kepala di Pasifik dan Amazon

By Sysilia Tanhati, Kamis, 31 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Dalam sejarah dunia, kepala yang disusutkan atau diciutkan adalah ritual tradisional yang berakar pada takhayul dan misteri. Apa tujuan dari praktik yang mengerikan itu? (I, Jmabel/CC BY-SA 3.0)

Bagaimana cara menciutkan kepala?

Ritual kepala yang diciutkan tampaknya paling sering dikaitkan dengan perang dan takhayul di balik upaya menyingkirkan musuh. Prajurit pemburu kepala akan memenggal kepala musuh suku. Kemudian, tergantung pada ritualnya, proses penciutan pun dapat segera dimulai.

Prajurit mungkin melepas ikat kepala mereka dan memasukkannya melalui leher dan mulut kepala yang dipenggal agar mudah dibawa. Prajurit juga mungkin membuat sayatan dari belakang leher, hingga ke tengkorak, bersiap untuk membuang kulit dan rambut.

“Tengkorak yang dibuang sering kali dipersembahkan kepada anakonda,” tambah Santillan. Anakonda dianggap sebagai pemandu spiritual dalam budaya mereka. Kemudian, setelah para prajurit kembali ke suku, proses perebusan akan dimulai dengan perayaan mewah. Dalam perayaan itu, makanan dan minuman disajikan.

Pertama, kelopak mata dijahit hingga tertutup dan bibir ditusuk dengan tongkat. Kemudian, dalam panci besar berisi air mendidih, kepala direbus hingga menjadi sepertiga dari ukuran aslinya. Saat perebusan, kulit menjadi lebih gelap, kenyal, dan keras.

Proses berlanjut saat batu panas dan pasir panas ditempatkan di dalam kepala. Kedua bahan itu menciptakan efek penyamakan di bagian dalam. Lalu kepala dibentuk lebih lanjut menggunakan batu panas tambahan hingga terbentuk bentuk yang diinginkan.

Akhirnya, kepala digosok dengan arang atau diasapi di atas api hingga menghitam. Langkah ini diyakini akan mencegah jiwa korban melarikan diri dari kepala. Kemudian, kepala diletakkan di atas tongkat atau diikatkan pada tali sebagai piala, baik dibawa atau dikalungkan di leher prajurit.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menciutkan kepala?

Proses penciutan tidak memakan waktu lama sama sekali. Di sisi lain, proses ritual biasanya berlangsung sekitar 6 hari. Agar kepala mengecil, kepala hanya direbus selama sekitar 2 jam. Merebusnya terlalu lama akan membuatnya menjadi lengket dan hancur.

Meskipun tidak memakan waktu yang lama, anehnya, kepala-kepala ini langsung dibuang setelah ritual dan perayaan selesai. Namun, pengunjung dan kolektor mulai tertarik untuk memiliki kepala tersebut. Para anggota suku ini melihat peluang untuk menggunakan kepala yang diciutkan sebagai barang dalam praktik perdagangan.

Jika tidak dijual, kepala-kepala ini sering diberikan kepada hewan atau anak-anak sebagai mainan.

Apakah praktik mengerikan ini masih dilakukan hingga kini?