Benarkah Kurang Minum Bisa Mencetuskan Stres?

By Neza Puspita Sari Rusdi, Sabtu, 16 November 2024 | 07:18 WIB
Setres karena dehidrasi bisa terjadi karena terganggunya hormon serotonin dan kartisol pada tubuh. ()

Nationalgeographic.co.id—Barangkali, anjuran untuk minum air putih setiap hari sudah sangat sering kita dengarkan. Namun, sering kali kita meremehkan untuk meminum air putih yang cukup tiap harinya.

Kondisi kekurangan air atau dehidrasi dapat menimbulkan efek jangka panjang bagi kesehatan. Bukan hanya efek kehausan, tenggorokan kering, dan lainnya, namun gangguan lain juga akan Anda rasakan.

Tubuh kita memerlukan kebutuhan air yang berbeda-beda. Misalnya pada orang dewasa, diperlukan untuk mengonsumsi delapan gelas berukuran 230 mililiter per hari atau totalnya dua liter. Bukan hanya dari minum, tetapi juga memerlukan asupan cairan melalui makanan sekitar 20 persen.

Salah satu efek dehidrasi yang tidak disadari ialah timbulnya stres. Stres yang dipicu oleh dehidrasi bisa membuat seseorang menjadi sulit berkonsetrasi, cemas, dan bahkan bisa sampai tingkat depresi.

Mitchell dan timnya mengungkapkan kadar air dalam organ-organ tubuh kita dalam "The Chemical Composition of The Adult Human Body and it's Bearing on The Biochemistry of Growth". Sebanyak 73 persen kadar air berada di otak dan jantung, 83 persen kadar air di dalam paru-paru, lalu 64 persen di kulit, 79 persen air berada di otot dan ginjal, serta 31 persen ada pada tulang.

Bayangkan, bagaimana jika tubuh kita kekurangan air?

Efek yang akan terjadi

Kita bisa mengibaratkan tubuh sebagai wadah penampung air yang besar dan kompleks. Setiap harinya, Anda melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi dan mengeluarkan air. Otomatis, kegiatan tersebut sama saja menguras pasokan air di dalam tubuh.

Jika kita tidak menambah pasokan air dengan minum air yang cukup, kira-kira apa yang akan terjadi? Tentu saja tubuh akan bereaksi.

Mulai dari tubuh yang kehilangan energi sehingga membuat aktivitas yang dilakukan melambat, sampai tubuh tidak punya energi sama sekali untuk melakukan sesuatu.

Keseimbangan suhu tubuh sangat bergantung pada air, karena air berperan sebagai pelumas jaringan tubuh sekaligus bantalan sendi-sendi, tulang, dan otot. Di saat tubuh kehilangan pasokan air, Anda akan lebih rentan dan sensitif terhadap lingkungan sekitar.

Berdasarkan penelitian berjudul "Effect of Hydration Status on Cognitive Performance and Mood" yang dipublikasikan di British Journal of Nutrion, kondisi suasana hati sangat sensitif terhadap perubahan kondisi hidrasi seseorang.

Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan serotonin, yakni hormon yang membantu mengatur suasana hati. Itulah kenapa, kadang ketika kita sangat letih selepas beraktifitas, kita cenderung lebih emosi dan tidak sabar.

Kadar hormon serotonin yang rendah pada tubuh akan menyebabkan perasaan cemas, stres dan lainnya. Selain karena hormon serotonin yang menurun, dehidrasi juga disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon stres yakni hormon kortisol.

Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism dengan judul "Cortisol, Stress, and Disease" menyebutkan dehidrasi dapat meningkatkan hormon kortisol yang dapat memperburuk gejala kecemasan dan ketegangan.

Gejala awal dehidrasi memang tidak langsung menimbulkan setres, namun akibat kelalaian dalam mengabaikan tanda dehidrasi menyebabkan tubuh tidak bisa menampung rasa sakit.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga kecukupan cairan tubuh, terlebih lagi menyeimbangkan hormon serotonin dan kortisol. Karena tidak hanya dampak fisik yang akan Anda rasakan. Dampak emosional seperti setres akan menjadi hambatan sehari-hari.

Kebiasaan minum segelas air setelah bangun tidur dan membawa botol minum selama beraktifitas, bisa membantu kecukupan cairan dan menstabilkan suasana hati.

Oleh karena itu, kita tidak boleh abai dalam menjaga kesehatan tubuh. Tanpa air, tubuh dan pikiran Anda akan mudah jatuh dalam ketidakberdayaan, ibarat sebuah ungkapan: Air adalah energi hidup.