Kala Wangsa Oranje-Nassau dan VOC Raup Berkah dari Perbudakan

By Galih Pranata, Jumat, 15 November 2024 | 08:00 WIB
Gambaran Budak Bali di Batavia tahun 1700 pada era VOC, karya Cornelis de Bruin Voyages de Corneille le Brun yang dilukis pada 1718. (Wikimedia/Cornelis de Bruin)

Nationalgeographic.co.id—Sejak abad ke-17 hingga ke-18 menjadi titik puncak dari era kejayaan perdagangan budak di hampir di seluruh. Salah satu yang terlibat dan meraup keuntungan besar di antaranya adalah Wangsa Oranje-Nassau, wangsa Kerajaan Belanda.

Menurut investigasi Kementerian Dalam Negeri dan Hubungan Kerajaan atas permintaan Anggota Tweede Kamer, majelis rendah Parlemen, Oranje-Nassau memperoleh sedikitnya sekitar tiga juta guldenatau setara sembilan triliun rupiah—dari koloni-koloni Belanda, tempat di mana perbudakan tersebar luas.

Angka tersebut telah disesuaikan dengan inflasi, dan mencakup periode dari tahun 1675 hingga 1770. Ini merupakan salah satu hasil penyelidikan terhadap hubungan negara tersebut dengan perdagangan budak.

Penyelidikan dan penelitian ini merupakan upaya untuk mempelajari peran pemerintah Belanda dan “lembaga terkait” dalam perbudakan dan dampaknya.

"Meskipun negara ini menghapus perbudakan pada tahun 1863, beberapa pihak berpendapat bahwa puncak pencapaian ekonomi dan budayanya dicapai melalui kerja paksa dan eksploitasi manusia," tulis Phillip A. Farruggio.

Phillip menulis kepada Countercurrents Collective dalam artikel berjudul Dutch Royal House Earned Over Half A Billion Dollar From Its Colonies In A Single Century During Slave Trade Peak, terbitan 18 Juni 2023.

Perdana Menteri Mark Rutte menyampaikan permintaan maaf resminya sendiri pada bulan Desember 2022 atas keterlibatan Belanda selama 250 tahun dalam perdagangan budak.

Mark Rutte sendiri menyebut ini sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan," tetapi beberapa aktivis berpendapat bahwa hal ini tidak cukup dan menuntut permintaan maaf lebih lanjut dari raja.

Raja Willem III, IV, dan V memiliki fungsi politik penting sebagai pemegang jabatan tetap di Republic of the Seven United Netherlands, pendahulu Belanda saat ini. 

Wangsa van Oranje-Nassau sejak lama menjadi elit yang memainkan peran politik yang kuat. Beberapa anggota wangsa menjabat sebagai gubernur atau stadtholder (stadhouder) selama masa Republik Belanda.

Namun pada tahun 1815, setelah melewati periode panjang sebagai republik, Belanda berubah menjadi kerajaan di bawah Wangsa Oranje-Nassau hingga Raja Willem-Alexander yang berkuasa hari ini.

Baca Juga: Romantika-Tragedi: Ketika Pegawai VOC Mencintai Penari Kuil India