Pengurbanan 42 Anak, Upaya Putus Asa Atasi Kekeringan di Meksiko

By Sysilia Tanhati, Selasa, 19 November 2024 | 10:00 WIB
Arkeolog menemukan sisa-sisa 42 anak yang dikurbankan untuk dewa hujan di Mexico. Pengurbanan itu menjadi upaya putus asa atasi kekeringan. (Unknown)

Nationalgeographic.co.id—Pengamatan data arkeologis baru-baru ini mengungkap tentang persembahan massal anak-anak untuk dewa hujan. Persembahan itu dilakukan untuk mengakhiri kekeringan yang menghancurkan pada 1454. Para arkeolog percaya bahwa, selama krisis lingkungan ini, lusinan anak kecil dikurbankan untuk menenangkan Tlaloc. Serta membawa hujan kembali ke cekungan Meksiko.

Penemuan “persembahan 48”

Menurut siaran pers Inah, kisah penawaran tragis ini dimulai dengan penggalian pada 1980-1981 oleh Proyek Templo Mayor. Di proyek itu, para arkeolog menemukan sisa-sisa 42 anak kecil dalam “persembahan 48”. Kurban ritual ini terletak di sektor barat laut Templo Mayor. Templo Mayor adalah sebuah kuil monumental di jantung Meksiko-Tenochtitlan, yang didedikasikan untuk Tlaloc.

Persembahan berupa anak-anak yang dihiasi dengan pakaian upacara, termasuk kalung batu mulia. “Manik hijau ditempatkan di mulut masing-masing anak. Sedangkan pigmen biru yang digunakan untuk mengurapi tubuh mereka,” tulis Gary Manners di laman Ancient Origins. Di sekelilingnya adalah objek simbolis yang terkait dengan Tlaloc. Seperti stoples miniatur, cangkang, tulang burung, kopal, dan bilah obsidian.

Para kurban berusia antara 2 hingga 7 tahun dan menunjukkan bukti kesehatan yang buruk, termasuk kekurangan gizi. Antropolog fisik Juan Alberto Roman Berrelleza menganalisis sisa -sisa kerangka. Ia juga mengidentifikasi tanda-tanda hiperostosis porotik pada sebagian besar anak. Hiperostosis porotik adalah kondisi tulang yang sering dikaitkan dengan anemia dan kekurangan gizi. Bukti fisik ini menunjukkan kesulitan yang dialami oleh sebagian populasi.

“Kemungkinan diperburuk oleh kekurangan makanan dan kelaparan yang diinduksi kekeringan,” tambah Manners.

Temuan ini dibahas secara mendalam oleh Leonardo Lopez Lujan di Institut Nasional Antropologi dan Sejarah (Inah). Lujan adalah direktur Proyek Templo Mayor (PTM). Bersama peneliti terkemuka lainnya, mereka berdiskusi tentang “Air dan Kehidupan” di El Colegio Nacional.

Kekeringan dan keputusasaan: konteks sejarah 1454

Kekeringan dari 1452 hingga 1454 memiliki efek yang menghancurkan pada Mexica Society dan pertanian. Danau Texcoco dan daerah pertanian di sekitarnya mengalami kering yang berkepanjangan dan pola iklim yang tidak menentu. Alhasil, terjadi kegagalan tanam yang tersebar luas. Semua bencana itu menyebabkan kelangkaan makanan yang parah.

Bencana lingkungan ini dirinci dalam catatan arkeologis dan kronik tertulis dari abad ke -16. Dokumentasi itu menggambarkan bagaimana para penguasa Mexica berusaha untuk meringankan krisis. Mereka mendistribusikan kembali sumber daya dari granari kerajaan dan melakukan pengurbanan massal.

Mexica Year ce Tochtli (1 kelinci) menandai 1454 sebagai tahun kesulitan tertentu. Sebagai tanggapan, ritual resmi Mexica untuk menenangkan Tlaloque, pelayan ilahi Tlaloc yang diyakini mengendalikan curah hujan. Penawaran pengurbanan anak -anak adalah salah satu tindakan pengabdian yang paling intens yang dimaksudkan untuk memengaruhi kebaikan dewa. Mereka mencari intervensi ilahi untuk mengembalikan hujan.

Baca Juga: Darah untuk Dewa, Ini Kebudayaan yang Melakukan Pengurbanan Manusia 

Menurut catatan sejarah, Mexica bahkan bertukar orang yang diperbudak dari daerah lain untuk melengkapi penawaran mereka. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan panjang masyarakat.

Pengaruh multikultural dalam “persembahan 48”

Investigasi lebih lanjut menggunakan analisis isotop pada jenazah. Penelitian itu dipimpin oleh Dr. Diana Moreiras Reynaga di University of British Columbia. Investigasi tersebuts mengungkapkan bahwa beberapa anak yang dikurbankan bukan asli Meksiko-Tenochtitlan. Sebaliknya, mereka berasal dari daerah yang jauh, termasuk Oaxaca dan dataran tinggi Chiapas dan Guatemala. Penemuan ini menggarisbawahi pengaruh luas dari Mexica. Mexica menarik orang-orang dari berbagai daerah ke dalam praktik budaya dan ritual ibu kota.

Wawasan lingkungan dan peran pengurbanan dalam masyarakat mexica

Mexica sangat menghormati air, hujan, dan kesuburan pertanian. Penghormatan itu bisa dilihat di kalender Mexica. 9 dari 18 bulan di tahun pertanian mereka termasuk upacara yang didedikasikan untuk Tlaloc dan dewa hujan lainnya. Peristiwa-peristiwa ini sering memuncak dalam pengurbanan, beberapa di antaranya melibatkan anak -anak yang. Menurut kepercayaan, pengurbanan dapat menggerakkan Tlaloque dalam membantu Tlaloc untuk membawa hujan.

Namun, tekanan lingkungan dari kekeringan yang berkepanjangan pada akhirnya melampaui mekanisme bertahan masyarakat. Bencana akhirnya mengakibatkan ketegangan sosial dan politik. Lujan berpendapat bahwa Mexica dihadapkan pada kekeringan yang abadi dan semakin berkurangnya pasokan makanan. Karena itu, otoritas Mexica menggunakan tindakan radikal. “Seperti pengurbanan massal dan membuka lumbung untuk mencegah keruntuhan sosial,” ungkap Manners.

Signifikansi budaya dan penelitian berkelanjutan

Penawaran penemuan menyoroti tanggapan kompleks Mexica terhadap tekanan lingkungan dan sosial. Juga kesediaan mereka untuk membuat pengurbanan ekstrem demi kelangsungan hidup komunal.

Para peneliti masa kini terus mempelajari sisa-sisa pengurbanan ini. Mereka berharap bisa mendapatkan wawasan tentang tantangan sosial dan lingkungan yang dihadapi oleh Mesoamerika pra-Hispanik.

Temuan arkeologis tersebut tragis. Tapi bisa menambah pemahaman tentang kehidupan spiritual Mexica. Dan juga menyoroti bagaimana masyarakat kuno menanggapi krisis dengan ketahanan dan ritual. Dengan mendedikasikan anak-anak ini ke Tlaloc, Mexica menunjukkan signifikansi agama dan budaya yang kuat. Agama dan budaya digunakan untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat melalui segala cara yang diperlukan.