Nationalgeographic.co.id—Chefchaouen (juga dikenal sebagai Chaouen) mendapat julukan sebagai Mutiara Biru Maroko, terkenal dengan bangunan-bangunan tua tradisionalnya yang berwarna biru. Bangunan-bangunan biru itu membuat kota ini berwarna terang.
Terletak tinggi di Pegunungan Rif, pemandangan indah Mutiara Biru Maroko ini hanya berjarak 2 jam dari Tangier. Chefchaouen merupakan destinasi sejarah dan budaya yang unik. Terletak di Pegunungan Riff, kota ini menawarkan pengalaman alam serta petualangan unik lainnya bagi para pengunjung.
Sejarah menunjukkan Mutiara Biru Maroko awalnya berwarna putih
Chefchaouen didirikan pada tahun 1471 oleh pemimpin lokal Abu al-Hassan Ali ibn Moussa ibn Rashid al-Alami. Kota itu dibangun sebagai tempat pertahanan terhadap Portugis yang mencoba menguasai Maroko. Kota ini dimaksudkan sebagai benteng tempat orang Maroko dapat berperang melawan lawan-lawan penjajah.
Bangsa Portugis mulai menginvasi Afrika utara setelah Reconquista. Reconquista adalah periode dalam sejarah Spanyol di mana umat Kristen menentang semua pasukan non-Kristen. Periode ini berlangsung dari abad ke-8 hingga ke-14.
Bangsa Portugis berupaya memperluas kekuasaannya dan menguasai perdagangan gandum, gula, ternak, ikan, kulit, dan madu yang berharga di Maroko. Ceuta dan Tangier jatuh ke tangan pasukan Portugis yang menyerbu. Saat itu, Chefchaouen dalam banyak hal merupakan benteng pertahanan terakhir di wilayah Rif Maroko.
Alfonso V dari Portugal, yang melanjutkan upaya kakeknya untuk menguasai Maroko dari para pemimpin lokal. “Hal ini menjadi ancaman terbesar bagi Chefchaouen,” tulis Riley Winters di laman Ancient Origins.
Populasi Chefchaouen tumbuh dengan masuknya pengungsi Islam dan Yahudi. Pengungsi itu melarikan diri dari konversi paksa di tangan orang-orang Kristen di Granada, Spanyol. Sejak itu, populasi Chefchaouen tumbuh hingga kota pegunungan kecil itu menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan.
Yang menarik, pendiri kota itu adalah keturunan Idriss I, yang oleh banyak sejarawan dianggap sebagai pendiri dinasti Maroko pertama. Dengan demikian, keberadaan Chefchaouen dapat dianggap berharga dalam sejarah kemerdekaan Maroko.
Chefchaouen dan daerah sekitarnya tetap berada di bawah kendali pemerintah Spanyol dan Prancis hingga awal abad ke-20. Kota itu merupakan bagian dari Republik Rif yang dideklarasikan sementara, sekitar tahun 1921. Republik itu dibubarkan oleh Prancis dan Spanyol 5 tahun kemudian.
Chefchaouen dan Maroko akhirnya memperoleh kemerdekaan mereka dari Eropa pada tahun 1950-an. Kemerdekaan itu merupakan hasil dari Revolusi Raja dan Rakyat yang dipimpin oleh Mohammed V. Pada tahun 1957, Mohammed V menjadi raja Maroko yang merdeka.
Baca Juga: Dunia Hewan: 'Atraksi' Kambing yang Bisa Memanjat Pohon di Maroko
Mengapa Chefchaouen memiliki banyak bangunan berwarna biru?
Rumah-rumah di sana awalnya bercat putih dan diperkirakan pertama kali dibangun oleh para pengungsi Yahudi dan Islam. Mereka membangun rumah mereka sendiri pada abad ke-15.
Namun kemudian masyarakat mengubah warna rumah mereka menjadi biru dan hal itu berlangsung hingga kini. Ada yang mengatakan bahwa pewarnaan tersebut baru muncul selama Perang Dunia Kedua.
Saat itu orang-orang Yahudi melarikan diri dari Hitler. Yang lain mengatakan bahwa kota itu dicat biru oleh orang-orang Yahudi 400 tahun sebelumnya. Saat itu mereka melarikan diri dari Inkuisisi Spanyol pada abad ke-15 M.
Dalam kepercayaan Yahudi, warna biru melambangkan langit, yang pada gilirannya mengingatkan orang-orang akan Surga dan Tuhan. Oleh karena itu, ada tradisi kuat di antara komunitas Yahudi untuk mengecat benda-benda dengan warna biru. Mereka menggunakan pewarna biru untuk mewarnai kain.
Apa yang menyebabkan warna biru menyebar ke seluruh medina? Sebagian orang percaya bahwa orang-orang Yahudi awal di Chefchaouen memperkenalkan praktik mengecat dinding dengan warna biru. Hal ini sesuai dengan praktik keagamaan dan budaya mereka.
Namun penduduk setempat mengatakan bahwa dinding berwarna biru di Chefchaouen hanya ditemukan di bagian kota yang dihuni orang Yahudi. Penduduk yang lebih tua mengatakan bahwa sebagian besar bangunan Chefchaouen di dalam medina dulunya berwarna putih.
Menurut beberapa penduduk setempat, dinding Chefchaouen dicat dengan berbagai corak biru untuk mewakili warna Laut Mediterania yang berkilauan. Sementara itu, yang lain percaya bahwa warna biru melambangkan pentingnya Air Terjun Ras el-Maa di kota itu.
Air terjun tersebut menjadi tempat warga memperoleh air minum. Air yang sangat penting untuk menopang kehidupan ini memungkinkan masyarakat untuk tumbuh subur di lingkungan yang gersang.
Pertimbangan lain adalah bahwa warna biru pucat berfungsi untuk menjaga rumah-rumah tetap sejuk di musim panas Maroko yang terik. Klaim lain adalah bahwa warna biru sebenarnya merupakan pencegah alami terhadap nyamuk dan malaria.
Tanyakan kepada penduduk setempat mengapa kota itu berwarna biru. Mereka mungkin akan menjawab bahwa itu hanya karena biru terlihat menarik dan memiliki efek menenangkan.
Yang lain mungkin menambahkan bahwa itu hanyalah apa yang dilakukan semua orang di sana. Hal ini mencerminkan gagasan bahwa masyarakat di Maroko suka menunjukkan persatuan.
Terlepas dari itu, Chefchaouen dikenal sebagai Mutiara Biru Maroko. Kota ini merupakan tempat yang populer bagi para turis dan pelancong.
Chefchaouen memiliki 12 masjid. Kota ini menyajikan pemandangan yang indah, dengan rumah-rumah beratap genteng bundar yang umum di Eropa selatan tetapi jarang di Maroko. Taman-tamannya yang rimbun diairi dari mata air pegunungan yang terus mengalir.
Chefchaouen menjadi tempat liburan dan wisata yang sangat populer. Terutama bagi orang Eropa yang berwisata ke Maroko utara. Kota ini terkenal dengan dinding-dinding bangunannya yang berwarna biru, warna yang unik di antara kota-kota Maroko.