Nationalgeographic.co.id—Pedagang dan penjelajah Belanda, Jan Huygen van Linschoten, pernah bekerja untuk Portugis di Asia selama bertahun-tahun. Sekembalinya ke Belanda, ia menulis beberapa karya tentang perjalanan yang telah ia lakui.
"Karyanya, Itinerario, sebagian mengarah pada berdirinya Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC)," tulis redaksi Historiek dalam artikel berjudul Jan Huyghen van Linschoten, Itinerario dan VOC, terbitan 31 Oktober 2023.
Van Linschoten sempat menjadi sekretaris uskup di Goa, sebuah wilayah di India yang ditaklukkan Portugis pada 1510. Setelah populasi muslim di wilayah tersebut dienyahkan, Goa berkembang menjadi pusat Gereja Katolik bagian timur.
Setelah bekerja untuk Portugis selama bertahun-tahun, Jan Huygen van Linschoten meninggalkan wilayah Asia pada 1589. Setelah beberapa kali mengembara, akhirnya ia sampai di Lisbon pada 1592 dan kembali ke Belanda pada tahun yang sama.
Empat tahun kemudian dia menerbitkan sebuah karya penting, Itinerario, yang di dalamnya menggambarkan seperti apa masyarakat kolonial Portugal di Asia. Itinerario sering disebut sebagai salah satu buku terpenting dalam sejarah perdagangan Belanda.
"Leonard Blussé, profesor emeritus Eurasiaisme di Universitas Leiden, juga merefleksikan karya Jan Huygen van Linschoten dalam kuliah Sejarah Kolonial tentang Belanda dan ekspansi Eropa ke luar negeri. Menurut sang profesor, karya tersebut berisi 'informasi yang sangat penting'," imbuh redaksi Historiek.
Jan Huygen van Linschoten telah mampu mempelajari metode kerja orang Portugis dari dekat dan menulis tentang hal itu secara luas dalam karyanya. Misalnya, ia melaporkan bahwa korupsi dan nepotisme semakin umum terjadi di kalangan orang Portugis di Asia.
Selain itu, menurutnya, administrasi penggajian pusat di Portugis tidak terlalu efisien. Mereka yang bekerja untuk Portugis biasanya dibayar terlambat dan ketika pembayaran dilakukan, setengahnya berupa uang, setengahnya dalam bentuk barang.
Ia telah melihat bagaimana bangsa Portugis mengatur kekuasaannya di Asia dan memperhatikan bahwa segala sesuatunya tidak berjalan ke arah yang benar karena terjadi banyak penyimpangan.
Kemunduran Portugis di India dimulai pada paruh kedua abad keenam belas dan, menurut Profesor Blussé, disebabkan oleh berbagai hal. Bangsa Portugis, misalnya, menderita kekurangan tenaga kerja secara struktural.
Karena tingginya angka kematian di kalangan orang Portugis dan orang asing yang datang untuk bekerja di Hindia Portugis, jumlah tentara di Asia tidak pernah lebih dari sepuluh ribu orang dalam satu waktu. Dan, ternyata jumlah itu terlalu sedikit.
Baca Juga: Kenapa VOC Membangun Banyak Benteng di Maluku dalam Sejarah Dunia?
Portugis juga menderita akibat persaingan dagang dengan Spanyol. Seperti saat mereka kesulitan mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Di Hindia, Portugis juga mengalami kesulitan secara militer. Keuntungan yang diperoleh dari izin perdagangan dan bea cukai sebagian besar diserap oleh aparat militer.
Ambil contoh kasus, Portugis disibukkan oleh Kesultanan Aceh yang rutin melakukan penyerangan ke markas Portugis di Malaka. Belum lagi pada proses penyerangan itu, rakyat Aceh didukung oleh Kekaisaran Ottoman yang menguras banyak tenaga dan biaya.
Beberapa isi Itinerario yang sangat penting itu, menjadi satu gambaran bagaimana peluang dan risiko yang telah dihadapi Portugis dalam membangun kekuasaannya di tanah jajahnya.
Karya Jan Huygen van Linschoten di satu sisi memperjelas bahwa terdapat peluang besar bagi Belanda di Asia. Itinerario menjadi karya berwibawa dan muncul dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Latin.
Untuk waktu yang lama, ini menjadi satu gagasan penting untuk memulai pelayaran laut ke Hindia. Di antaranya, ia menjelaskan bagaimana menurutnya cara terbaik agar melakukan perjalanan ke Kepulauan Maluku.
Jika kapal Belanda upaya untuk menghindari Portugis, maka dalam Itinerario disebutkan, lebih baik berlayar tidak melalui Selat Malaka yang telah jatuh ke dalam kekuasaan Portugis, sehingga disarankan untuk melintasi Selat Sunda.
Pada 1594, Compagnie van Verre didirikan, dan setahun kemudian empat kapal berangkat untuk pelayaran pertama ke Hindia, yang disebut Eerste Schepvaart dipimpin oleh Cornelis de Houtman.
Perjalanan tersebut tidak berjalan mulus dan mengalami kegagalan finansial. Namun, Hindia masih dapat dicapai, sebagian berkat uraian rute Jan Huygen van Linschoten yang dituangkan dalam Itinerario.
Segera ekspedisi kedua dilakukan dan perusahaan-perusahaan baru terbentuk yang mulai bersaing ketat satu sama lain. Pada 1602, sebuah perusahaan payung akhirnya didirikan atas prakarsa Advokat Negara, Johan van Oldenbarnevelt.
Dalam kesepakatan, perusahaan itu diberi nama: de Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Perusahaan yang kemudian menjadi salah satu perusahaan terbesar dan terkaya sepanjang sejarah.