Ahli Budaya dan Ahli Gizi Ungkap Pentingnya Kearifan Pangan Lokal

By Utomo Priyambodo, Minggu, 24 November 2024 | 12:00 WIB
Keragaman dan tradisi pangan lokal di Indonesia berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi penduduknya. (Pixabay)

“Yang menjadi masalah adalah kita terpapar oleh beragam processed food dengan berbagai karakter berbeda. Kita harus punya awareness yang tinggi dalam memilah makanan yang aman dan bergizi.”

Banyak orang berpendapat bahwa makanan sebaiknya dimasak sendiri. Namun, Khoirul melihat, pada kenyataannya tidak semua orang punya waktu yang cukup untuk memasak.

Menurutnya, memasak itu bukan hanya urusan memproses bahan makanan saja. Proses memasak dimulai dari belanja, menyimpan bahan, mempersiapkan bahan, memasak, hingga menyimpan makanan yang berlebih.

Coba tanam sendiri sumber pangan kita

Pada 2022 International Food Information Council (IFIC) mengadakan Menurut Survei Makanan dan Kesehatan terhadap Gen Z. Survei itu mengungkap, lima puluh persen Gen Z mengatakan bahwa pilihan makanan dan minuman mereka memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan.

Salah satu yang dikenal punya dampak baik terhadap lingkungan adalah bahan pangan organik, yang praktik pertaniannya tidak merusak lingkungan. Produk yang diklaim organik mempunyai sertifikasi dan label tersendiri. Inilah yang membuat harga suatu bahan pangan jadi melonjak. Solusinya apa?

“Kalau ingin bahan pangan yang sehat dan murah, tanam sendiri saja,” kata Jaqualine.

Secara sederhana, bercocok tanam dengan prinsip agroekologi bisa dipraktikkan di lingkungan rumah. Bila Anda memiliki kebun kecil di rumah, tanamlah dengan berbagai jenis tanaman.

Konsep agroekologi ini tak memerlukan halaman yang luas. “Hanya saja, ada sejumlah prinsip yang perlu diterapkan. Salah satunya tidak memakai pupuk kimia yang berpotensi merusak tanah dan menurunkan produksi hasil kebun.”

Salah satu tujuan agroekologi adalah menjaga biodiversitas. “Saat ini sebagian orang Indonesia cenderung mengonsumsi satu jenis pangan pokok, meskipun kita memiliki keberagaman sumber pangan lokal lain, khususnya konsumsi beras sebesar 13-46 kali lebih banyak dibandingkan jenis lain," kata Jaqualine. "Kita perlu menerapkan keragaman dalam piring kita agar biodiversitas terjaga.”