Singkap Ekologi Gunung Olympus, Rumah Dewa-Dewa Mitologi Yunani

By Sysilia Tanhati, Selasa, 3 Desember 2024 | 12:00 WIB
Gunung Olympus dianggap sebagai tempat para dewa mitologi Yunani. Dalam dunia nyata, gunung ini memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. (JFKennedy)

Periode glasiasi terakhir di wilayah Gunung Olympus adalah sekitar 9500 SM. Setelah ini, tampaknya menjadi terlalu hangat untuk terjadinya glasiasi di wilayah tersebut. Geomorfologi glasial di Gunung Olympus kini menggambarkan fosil dari rezim iklim sebelumnya.

Ekologi Gunung Olympus

Karena ketinggian dan lokasinya dekat Laut Aegea, Gunung Olympus memiliki berbagai iklim mikro yang terbentuk dari banyak lerengnya. Gunung Olympus juga memiliki banyak lembah. Iklim mikro ini telah menghasilkan keanekaragaman hayati yang signifikan di wilayah Gunung Olympus.

Lereng bawah Gunung Olympus ditutupi oleh hutan chaparral dan hutan riparian. Flora yang membentuk zona ini meliputi pohon ek dan juniper. Pohon ek meliputi pohon ek kermes dan pohon ek Holm. Pohon lain yang ditemukan di sana adalah pohon stroberi Yunani. Vegetasi ini tumbuh hingga ketinggian 600 meter.

Dari ketinggian 600 meter hingga 1.400 meter, iklimnya mendukung hutan cemara dan beech yang lebat. Hutan beech di taman nasional Gunung Olympus sangat tua dan mengandung keanekaragaman hayati yang kaya. Hal ini dikarenakan hutan beech merupakan tempat perlindungan biologis selama Zaman Es terakhir.

Di atas ketinggian 1.400 meter, pohon pinus hitam digantikan oleh pohon pinus Bosnia. Di bawah ketinggian 600 meter, iklimnya pada dasarnya adalah Mediterania. Zona dari ketinggian 600 meter hingga 2.000 meter pada dasarnya merupakan iklim kontinental.

Di atas ketinggian 2.500 meter (8.202 kaki), iklimnya adalah sub-alpin. Interaksi antara ketiga zona iklim ini membuat wilayah Olympus sangat kompleks secara ekologis.

Kawasan alami ini juga mengandung spesies mamalia, burung, amfibi, dan reptil yang melimpah. Beberapa spesies di wilayah Olympus merupakan spesies endemik Yunani dan Balkan, yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Secara total, terdapat 1.700 taksa berbeda di dalam Taman Gunung Olympus. Terdapat lebih dari 100 spesies burung, termasuk banyak spesies elang dan pelatuk, dan hingga 30 spesies mamalia. Contoh yang menonjol adalah chamois Balkan, hewan mirip kambing, yang memiliki sepupu di pegunungan Eropa dan Timur Tengah. Selain itu, ada sekitar 30 spesies reptil dan amfibi.

Sejarah manusia di Gunung Olympus

Manusia pertama yang tinggal di sekitar Gunung Olympus kemungkinan adalah Neanderthal. Bukti arkeologi paling awal tentang komunitas Neanderthal di dekat gunung tersebut berasal dari sekitar 100.000 SM. Homo sapiens memasuki daerah tersebut sekitar 40.000 tahun yang lalu.

Pada 8000 SM, manusia tinggal di tempat tinggal yang sebagian berada di bawah tanah di sekitar gunung. Sekitar 800 SM, mereka mulai membangun rumah-rumah batu. Tidak diketahui bahasa apa yang digunakan penduduk asli wilayah tersebut, tetapi orang-orang Hellenik paling awal di wilayah tersebut mungkin tiba pada milenium ketiga SM. Kelompok ini kemudian terpecah menjadi kelompok-kelompok yang membentuk masyarakat di wilayah Aegea. Termasuk Makedonia, Mycenaean, Pelasgian, Dorian, dan kelompok lainnya.

Tidak diketahui kapan orang Yunani kuno pertama kali mulai menceritakan kisah tentang Gunung Olympus atau pertama kali menganggapnya suci. Namun, ada kemungkinan bahwa beberapa cerita Yunani mungkin terinspirasi oleh peristiwa geologis yang sebenarnya dalam prasejarah manusia di wilayah Olympus. Salah satu contohnya adalah bukti adanya dampak asteroid atau komet, yang mungkin mengilhami cerita tentang pertempuran antara para dewa.