Mengapa Seseorang Melakukan Perundungan? Dipicu oleh Sifat Narsistik?

By Ade S, Rabu, 4 Desember 2024 | 12:03 WIB
Mengupas tuntas alasan di balik perilaku perundungan. Temukan hubungan antara sifat narsistik dan tindakan merugikan orang lain. (Gerd Altmann/Pixabay)

Nationalgeographic.co.idSeringkali, kita mengaitkan bullying atau perundungan dengan aksi anak-anak di taman bermain. Namun, realitasnya jauh lebih kompleks dan meluas.

Fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja, dari anak-anak hingga orang dewasa, dan di berbagai lingkungan seperti sekolah, rumah tangga, hingga tempat kerja.

Pertanyaan mendasar yang kerap muncul adalah: mengapa seseorang tega melakukan tindakan yang begitu keji?

"Motif di balik penindasan memang beragam dan kompleks," papar Nadra Nittle di laman verywellmind.com.

Namun, terdapat beberapa karakteristik umum yang sering ditemukan pada pelaku penindasan. Sebagian dari mereka mungkin terdorong oleh keinginan untuk menguasai situasi dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan mengintimidasi atau merendahkan orang lain, mereka merasa memiliki kendali atas lingkungan sekitar.

Di sisi lain, ada juga pelaku penindasan yang sebenarnya merasa tidak aman atau rendah diri. Tindakan penindasan menjadi semacam mekanisme pertahanan diri yang patologis, di mana mereka berusaha menutupi ketidakamanan dengan cara menyerang orang lain.

Tidak peduli apa pun motifnya, menurut Nittle, "penindasan adalah perilaku yang tidak dapat diterima, di mana pun itu terjadi."

Apa itu perundungan?

Dalam penjelasannya, Nittle memaparkan bahwa perundungan merupakan tindakan berulang yang disengaja, bersifat permusuhan, dan sering kali melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan.

Perilaku ini bertujuan untuk menyakiti, mengintimidasi, atau mendominasi individu lain. Korban perundungan seringkali menjadi sasaran karena dianggap lebih lemah, berbeda, atau memiliki sesuatu yang diinginkan oleh pelaku.

Motif di balik tindakan perundungan beragam, tetapi sering kali didorong oleh keinginan untuk mengendalikan, mendominasi, atau sekadar mencari sensasi. Faktor seperti iri hati, ketidakamanan, atau kebutuhan untuk merasa lebih berkuasa juga dapat menjadi pemicu.

Baca Juga: Cara Menghentikan Perundungan Berdasarkan Pengalaman Para Korban