Saat Tangisan Dewa Ra Menyentuh Bumi, Terciptalah Manusia Pertama

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 8 Desember 2024 | 14:00 WIB
Tefnut adaah Dewi Hujan dalam Mitologi Mesir. (wikipedia)

Tefnut dan Penciptaan Manusia

"Tefnut memiliki hubungan yang jauh lebih mendalam dengan manusia daripada yang Anda kira," lanjut Syed.

"Hal itu muncul melalui satu mitos penciptaan tertentu di mana satu peristiwa yang berputar di sekelilingnya benar-benar mengarah pada pembentukan semua manusia."

Kisah ini berlatar waktu ketika Tefnut belum benar-benar ditunjuk menjadi Mata Ra, dan dewa pencipta tinggal di jurang yang tenggelam (Nu) sebelumnya.

Ra-Atum (ayah Tefnut) sedang bersantai di kehampaan yang luas ketika ia tiba-tiba mendengar bahwa Shu dan Tefnut melarikan diri dari jurang tepat setelah mereka lahir.

Ra-Atum (singkat saja menjadi Ra) mulai berkeringat di dahinya, takut akan ketidakhadiran anak-anaknya. Jadi, ia mengirim Mata-nya ke jurang untuk mencari anak-anak dan membawa mereka kembali.

Karena sangat efisien dalam pekerjaannya, Mata itu tidak membuang waktu untuk melihat-lihat dan menemukan Tefnut dan Shu beberapa kilometer jauhnya di balik kehampaan.

Di rumah, Ra menangis sejadi-jadinya (dengan maksud tertentu), menunggu anak-anaknya tiba. Begitu dewi kelembaban dan dewa udara tiba, air mata Ra berubah menjadi air mata kebahagiaan, dan ia memeluk anak-anaknya dengan sangat erat.

Ketika Ra melihat anak-anaknya kembali, ia menangis bahagia. Air mata yang menetes ke bumi berubah menjadi manusia pertama, menciptakan kehidupan baru di tanah Mesir.

Untuk memastikan Tefnut tetap berada dalam batasannya, Ra menjadikannya sebagai Mata baru dan mengangkat Shu sebagai dewa angin di bumi, sehingga kedua anaknya dapat menjalani kehidupan suci.