Ekosistem yang terekam dalam batu pasir berbutir halus ini terpelihara dengan sangat baik. Hal ini berkat kedekatannya dengan air di masa lalu.
“Jejak-jejak itu terbentuk saat batu pasir dan serpih ini masih berupa pasir dan lumpur yang terendam air di tepi sungai dan danau. Sungai dan danau itu secara berkala mengering, sesuai musim,” kata Ausonio Ronchi, ahli paleontologi di Universitas Pavia.
“Matahari musim panas, yang mengeringkan permukaan tersebut, mengeraskannya hingga kembalinya air baru tidak menghapus jejak-jejak itu. Tetapi sebaliknya, menutupinya dengan tanah liat baru, yang membentuk lapisan pelindung,” Ronchi menambahkan lagi.
Ronchi baru pertama kali melihat berbagai macam jejak kaki vertebrata, invertebrata, flora, dan fosil-fosil lainnya yang begitu menakjubkan.
Butiran halus pasir dan lumpur ini mengawetkan detail-detail terkecil, termasuk bekas cakaran dan pola dari bagian bawah perut hewan. Para peneliti mengatakan jejak-jejak itu berasal dari sedikitnya lima spesies hewan yang berbeda. Beberapa di antaranya mungkin telah mencapai ukuran komodo modern (Varanus komodoensis, sekitar 2 hingga 3 meter).
“Saat itu, dinosaurus belum ada. Tapi hewan yang bertanggung jawab atas jejak kaki terbesar yang ditemukan di sini pasti berukuran sangat besar,” kata Dal Sasso.
Lorenzo Marchetti, ahli iknologi di Museum Sejarah Alam di Berlin, mengatakan pelestarian jejak kaki tersebut mengungkap detail yang mengesankan. Seperti jejak kuku dan kulit perut beberapa hewan.
Fosil-fosil tersebut menawarkan jendela menuju dunia yang menarik dan telah lama berlalu yang penghuninya punah pada akhir Permian.
Banyak jejak prasejarah yang ditemukan akan tetap tersembunyi jika bukan karena perubahan iklim. Perubahan iklim dengan cepat mengurangi lapisan es dan salju di Pegunungan Alpen.
“Fosil-fosil ini menjadi saksi dari periode geologi yang jauh, tetapi dengan tren pemanasan global yang sama sekali mirip dengan saat ini,” tambah Pare. “Masa lalu memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita tentang risiko yang akan kita hadapi di dunia saat ini.”