Pendaki Menemukan Jejak Ekosistem Prasejarah dari 280 Juta Tahun Lalu

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 Desember 2024 | 16:00 WIB
Pendaki menemukan jejak pertama seluruh ekosistem prasejarah 280 juta tahun yang lalu di Pegunungan Alpen Italia. (Elio Della Ferrera/Museo di Storia Naturale di Milano)

Nationalgeographic.co.id—Pendaki di Pegunungan Alpen Italia utara menemukan jejak pertama dari apa yang diyakini ilmuwan sebagai keseluruhan ekosistem prasejarah. Jejak-jejak itu termasuk jejak kaki reptil dan amfibi yang terpelihara dengan baik. Jejak tersebut terungkap oleh mencairnya salju dan es yang disebabkan oleh krisis iklim.

Penemuan di Pegunungan Valtellina Orobie di Lombardy ini berasal dari 280 juta tahun yang lalu. “Pada periode Permian, zaman sebelum dinosaurus,” tulis Sascha Pare di laman Livescience.

Claudia Steffensen dan suaminya sedang menyusuri jalan setapak berbatu di Lembah Ambria, dekat perbatasan Swiss. Saat itu dia menginjak batu abu-abu muda yang dipenuhi “desain aneh”.

“Musim panas lalu cuaca sangat panas dan kami ingin menghindari panas. Jadi kami pergi ke pegunungan,” kata Steffensen. “Dalam perjalanan kembali turun, kami harus berjalan sangat hati-hati di sepanjang jalan setapak. Suami saya ada di depan saya, menatap lurus ke depan, sementara saya melihat ke arah kaki saya. Saya menginjakkan kaki di atas batu, yang menurut saya aneh karena lebih mirip lempengan semen. Kemudian saya melihat desain melingkar aneh dengan garis bergelombang. Saya melihat lebih dekat dan menyadari bahwa itu adalah jejak kaki.”

Steffensen memutuskan untuk mengabadikan apa yang dilihatnya di batu tersebut. Ia berharap dapat menemukan lebih banyak tentang jejak kaki tersebut. Steffensen mengambil foto dan mengirimkannya kepada seorang teman yang mengkhususkan diri dalam 'dunia alam', sebagai seorang fotografer.

Begitu fotografer Elio Della Ferrera menerima foto tersebut, ia merasa tertarik. Ferrera segera mengirimkannya kepada ahli paleontologi, Cristiano Dal Sasso, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sasso bekerja di Museum Sejarah Alam di Milan.

Foto tersebut kemudian beredar di antara para peneliti di Universitas Pavia di Italia. Juga di antara peneliti di Institut Leibniz untuk Penelitian Evolusi dan Keanekaragaman Hayati di Berlin. Para peneliti berhasil mengonfirmasi keaslian historis jejak kaki dan batu tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa jejak kaki tersebut dihasilkan oleh hewan prasejarah.

Para ilmuwan menganalisis batu tersebut dan menemukan bahwa jejak kaki itu milik reptil prasejarah. Hasil analisis pun menimbulkan pertanyaan tentang petunjuk apa lagi yang tersembunyi di dataran tinggi Alpen.

Para ahli kemudian mengunjungi situs tersebut beberapa kali dan menemukan bukti adanya ekosistem utuh yang berasal dari Periode Permian. Periode Permian kira-kira sekitar 299 juta hingga 252 juta tahun lalu). Periode Permian ditandai oleh iklim yang menghangat dengan cepat dan berpuncak pada peristiwa kepunahan yang dikenal sebagai “Kematian Besar”. Perubahan iklim itu memusnahkan 90% spesies di Bumi.

Jejak ekosistem ini terdiri dari jejak kaki fosil reptil, amfibi, serangga, dan artropoda. Jejak tersebut diyakini berasal dari sedikitnya lima spesies hewan yang berbeda. Di samping jejak-jejak ini, para peneliti menemukan jejak kuno benih, daun, dan batang. Juga jejak tetesan air hujan dan ombak yang menjilati tepi danau prasejarah.

Bukti ekosistem kuno ini ditemukan hingga ketinggian 3.000 meter di pegunungan dan di dasar lembah. Di sana, tanah longsor mengendapkan batuan yang mengandung fosil selama ribuan tahun.

Baca Juga: Selisik Lukisan Dinding Prasejarah di Taman Nasional Chiribiquete

Ekosistem yang terekam dalam batu pasir berbutir halus ini terpelihara dengan sangat baik. Hal ini berkat kedekatannya dengan air di masa lalu.

“Jejak-jejak itu terbentuk saat batu pasir dan serpih ini masih berupa pasir dan lumpur yang terendam air di tepi sungai dan danau. Sungai dan danau itu secara berkala mengering, sesuai musim,” kata Ausonio Ronchi, ahli paleontologi di Universitas Pavia.

“Matahari musim panas, yang mengeringkan permukaan tersebut, mengeraskannya hingga kembalinya air baru tidak menghapus jejak-jejak itu. Tetapi sebaliknya, menutupinya dengan tanah liat baru, yang membentuk lapisan pelindung,” Ronchi menambahkan lagi.

Ronchi baru pertama kali melihat berbagai macam jejak kaki vertebrata, invertebrata, flora, dan fosil-fosil lainnya yang begitu menakjubkan.

Butiran halus pasir dan lumpur ini mengawetkan detail-detail terkecil, termasuk bekas cakaran dan pola dari bagian bawah perut hewan. Para peneliti mengatakan jejak-jejak itu berasal dari sedikitnya lima spesies hewan yang berbeda. Beberapa di antaranya mungkin telah mencapai ukuran komodo modern (Varanus komodoensis, sekitar 2 hingga 3 meter).

“Saat itu, dinosaurus belum ada. Tapi hewan yang bertanggung jawab atas jejak kaki terbesar yang ditemukan di sini pasti berukuran sangat besar,” kata Dal Sasso.

Lorenzo Marchetti, ahli iknologi di Museum Sejarah Alam di Berlin, mengatakan pelestarian jejak kaki tersebut mengungkap detail yang mengesankan. Seperti jejak kuku dan kulit perut beberapa hewan.

Fosil-fosil tersebut menawarkan jendela menuju dunia yang menarik dan telah lama berlalu yang penghuninya punah pada akhir Permian.

Banyak jejak prasejarah yang ditemukan akan tetap tersembunyi jika bukan karena perubahan iklim. Perubahan iklim dengan cepat mengurangi lapisan es dan salju di Pegunungan Alpen.

“Fosil-fosil ini menjadi saksi dari periode geologi yang jauh, tetapi dengan tren pemanasan global yang sama sekali mirip dengan saat ini,” tambah Pare. “Masa lalu memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita tentang risiko yang akan kita hadapi di dunia saat ini.”