Seribu Bibit di Semarang demi Konservasi Tanah, Air, dan Ketahanan Pangan

By Utomo Priyambodo, Senin, 23 Desember 2024 | 14:00 WIB
Seribu bibit tanaman produktif dibagikan di Semarang. Jenis tanaman yang dibagikan adalah pohon durian, mangga, alpukat, kelengkeng, jeruk baby, dan salam. (Andika Mahatama)

Nationalgeographic.co.id—Penanaman pohon adalah salah satu upaya yang bisa warga lakukan untuk berpartisipasi dalam aksi konservasi tanah, air, dan ketahanan pangan. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Pertamina ke-67, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sebagai Subholding Gas Pertamina mengadakan kegiatan pembagian 1.000 bibit tanaman produktif kepada warga sekitar kantor mereka di Jalan Pemuda pada 20 Desember 2024.

Dalam kegiatan pembagian bibit tanaman ini, setiap warga boleh mengambil maksimal tiga bibit pohon. Mereka boleh memilih bibit dari jenis pohon apa pun yang masih tersedia.

Azwar Fandi Yusuf (35), salah satu warga Semarang yang ikut dalam pembagian bibit tersebut, mengaku senang bisa mendapatkan bibit pohon durian, mangga, dan jeruk baby. Warga asal Krobokan, Semarang, itu mengaku akan menanam bibit-bibit pohon tersebut di hutan kota dekat rumahnya.

"Di tempat saya ada hutan kotanya," kata Azwar.

Dalam pembagian 1.000 bibit tanaman di Semarang ini, setiap warga boleh mengambil maksimal tiga bibit pohon. Penanaman pohon dilakukan demi ketahanan lingkungan dan pangan. (Utomo Priyambodo)

Winarti (69), warga asal Manyaran, Semarang, juga mengatakan "senang sekali" bisa mendapatkan bibit pohon ini. Jenis pohon yang Winarti pilih adalah kelengkeng, mangga, dan jeruk baby.

Saat acara pembagian, Winarti kebetulan sedang berada di sekitar Jalan Pemuda. "Tadi saya habis terapi, mendengar suara (pembagian bibit) ini, lalu saya langsung ke sini," ujarnya.

Winarti mengaku akan menanam bibit pohon tersebut di kebun rumahnya. "Saya ada kebun kecil di rumah," ucapnya.

Warga antusias mengantre pembagian 1.000 bibit tanaman produktif di Semarang. (Andika Mahatama)

Aris Mulyono, seorang guru yang tinggal di Krobokan, Semarang, juga mengikuti pembagian bibit ini. Aris mengatakan tahu informasi mengenai pembagian bibit ini karena sempat melihat pesan baliho dan spanduk yang dipasang di Jalan Pemuda.

Guru SMK tersebut mengatakan akan memanfaatkan bibit-bibit ini untuk ditanam di lahan kosong sekolah tempat mengajarnya, SMK Ganesa Gajah Demak. Ia mengatakan lahan di sekolahnya gersang sehingga perlu penghijauan.

Baca Juga: Menanam Pohon Serentak se-Indonesia, PGN Berkomitmen Tebus Emisi Karon

Aris juga penasaran apakah sekolahnya bisa mendapatkan bantuan bibit dalam jumlah banyak. "Pengen ini, pengajuan gaimana cara supaya mendapatkan semacam bantuan CSR bibit, entah lewat proposal atau gimana saya belum tahu," tuturnya.

Ia paham betul bahwa penanaman pohon ini sangat penting untuk penghijauan area sekolahnya. Selain menyerap polusi udara, pohon juga berfungsi menurunkan suhu agar wilayah tersebut tidak terlalu panas.

Bagas (35), penerima lainnya dari program pembagian bibit ini, menambahkan bahwa fungsi dari pohon adalah “mencegah banjir.” Sebab, akar pohon mampu menyerap air lebih banyak dibanding tanah kosong. Pohon juga bisa mencegah tanah longsor.

Khusus di wilayah pesisir, pohon berfungsi untuk mencegah abrasi. Selain itu, pohon berfungsi menyerap dan mengikat air tanah sehingga mencegah intrusi atau masuknya air laut ke dalam tanah.

Bagas (35), salah satu penerima pembagian bibit pohon di Semarang. (Utomo Priyambodo)

Division Head CSR PGN, Krisdyan Widagdo Adhi, mengatakan pembagian bibit pohon ini merupakan bagian dari menggalakkan praktik urban farming di Semarang. Selain bermanfaat bagi lingkungan, praktik ini juga bisa berdampak baik bagi perekonomian.

"Sebenarnya tanaman yang kami bagi ini adalah tanaman konsumsi. Terkait dengan ketahanan pangan dan juga peningkatan gizi masyarakat, konsumsi dari buah itu sendiri penting untuk bisa dikonsumsi oleh masyarakat secara rutin," ujar Dodo, sapaan Widagdo.

Dodo juga menambahkan, "Selain itu, sebenarnya juga ada manfaat ekonomi lain untuk masyarakat yang memiliki kerentanan terhadap sisi ekonomi. Produksi dari pohon buah itu bisa berkelanjutan manfaatnya. Bisa mereka makan. Kalau lebih, bisa juga mereka jual untuk bisa mendapatkan pendapatan tambahan."