Apa yang Terjadi jika Persia Berhasil Mengalahkan Aleksander Agung?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 24 Desember 2024 | 08:00 WIB
Dunia tempat kita tinggal mungkin tidak akan samai jika Aleksander Agung dikalahkan oleh bangsa Persia. ( Jan Brueghel the Elder/Louvre Museum, Paris)

Nationalgeographic.co.id—Aleksander Agung membangun kekaisaran yang membentang dari Balkan hingga India hanya dalam waktu 13 tahun. Perluasan wilayah kekaisarannya dilakukan saat ia menjadi Raja Makedonia.

Penaklukannya dimulai di Persia, tempat ia bertempur melawan pasukan Raja Darius III. Setelah mengalahkan Kekaisaran Persia, ia bergerak lebih jauh ke timur, menaklukkan wilayah yang sekarang disebut Afghanistan dan Pakistan. Setelah memasuki wilayah yang sekarang disebut India, pasukannya memberontak. Aleksander kemudian berbalik tetapi jatuh sakit. Ia meninggal secara tiba-tiba di Babilonia pada tahun 323 SM.

Kekaisarannya runtuh setelah kematiannya yang tak terduga. Para pejabat dan jenderalnya mengambil alih sebagian wilayahnya. “Kemudian, bahasa serta budaya Yunani berkembang pesat di Timur Tengah selama berabad-abad,” tulis Owen Jarus di laman Livescience.

Tetapi bagaimana jika Aleksander Agung dikalahkan oleh bangsa Persia sejak awal? Bagaimana sejarah akan didokumentasikan? Catatan sejarah menunjukkan bahwa hal ini hampir terjadi. Dalam pertempuran besar pertamanya di Sungai Granicus, seorang satrap Persia bernama Spithridates hampir mendaratkan pukulan di kepala Aleksander. Hal ini diungkap oleh Frank Holt, seorang profesor emeritus sejarah kuno di Universitas Houston.

Jadi apa yang akan terjadi jika Aleksander Agung gagal dan Persia menang?

Jika Aleksander Agung dikalahkan, kita akan mungkin akan hidup di dunia yang berbeda.

“Singkatnya, jika Persia mengalahkan Aleksander Agung, dunia mungkin tidak dapat dikenali,” Nikolaus Overtoom, seorang profesor sejarah di Washington State University. Overtoom mempelajari dan menulis tentang Aleksander secara ekstensif.

Overtoom mencatat bahwa penaklukan Aleksander Agung dan periode waktu setelahnya menandai dimulainya zaman Helenistik. “Zaman tersebut adalah periode pertukaran, perubahan, dan pertumbuhan budaya, ekonomi, dan geopolitik yang sangat besar. Saat itu, peradaban Yunani memiliki pengaruh besar pada masyarakat yang sedang berkembang dari Spanyol hingga India,” kata Overtoom.

Orang-orang di wilayah itu menggunakan bahasa umum yang dikenal sebagai bahasa Yunani Koine. Bahasa Yunani Koine menjadi bahasa umum zaman Helenistik untuk memfasilitasi pertukaran komunikasi, perdagangan, dan ide.

Jika Aleksander gagal, apakah agama Kristen akan menyebar?

Jika Aleksander dikalahkan, agama Kristen — yang muncul lebih dari 3 abad setelah kematian Aleksander — mungkin punah sebelum menyebar luas.

Baca Juga: Benarkah Cleopatra dari Mesir Merupakan Keturunan Aleksander Agung?

“Bahasa Yunani Koine adalah bahasa yang digunakan untuk menulis dan membagikan ajaran dan pemikiran awal agama Kristen. Bahasa itu juga digunakan untuk dengan cepat membagikan pesan-pesan agama Kristen di seluruh Mediterania dan Timur Tengah,” kata Overtoom.

“Jika tidak ada zaman Helenistik, maka Bahasa Yunani Koine tidak menjadi bahasa umum zaman kuno,” katanya. Jadi, bahasa Yunani Koine mungkin tidak tersedia bagi umat Kristen awal karena hal ini. Oleh karena itu, orang harus menggunakan bahasa yang kurang efektif dan terkenal untuk tulisan dan khotbahnya. dan jika demikian halnya, maka agama Kristen tidak begitu berhasil. Agama Kristen mungkin tidak bertahan dalam ruang intelektual dan spiritual yang sangat kompetitif pada abad pertama hingga keempat, tambah Overtoom.

Cendekiawan lain sepakat bahwa agama Kristen mungkin tidak menyebar luas. Larry Tritle mengatakan bahwa agama Kristen mungkin tidak bertahan hingga saat ini jika bangsa Persia mengalahkan Aleksander. Tritle adalah seorang profesor emeritus sejarah di Universitas Loyola Marymount,

Banyak perubahan lainnya yang mungkin terjadi bila Persia mengalahkan Aleksander Agung

Sejarah akan berubah dalam banyak hal jika Aleksander Agung dikalahkan oleh Persia. “Pax Persica (Perdamaian Persia) yang terkenal karena toleransinya kemungkinan besar akan berlaku dari perbatasan Yunani hingga India,” kata Holt. Pasalnya, Persia akan terus menguasai sebagian besar Timur Tengah. Dan orang-orang yang bebas menjalankan agama dan adat istiadat budaya mereka sendiri.

Ibu kota Kekaisaran Persia, Persepolis, akan menyaingi Roma dan Athena sebagai kota kuno terhebat. Persepolis direbut dan dihancurkan oleh pasukan Aleksander Agung. “Reruntuhannya menjadi salah satu keajaiban yang paling banyak dikunjungi saat ini oleh wisatawan yang ingin tahu,” tutur Holt.

“Tidak akan ada penyebaran pemukim Yunani ke kota-kota di timur — tidak ada Alexandria di Mesir, tidak ada Kandahar,” ujar Holt. Apa yang disebut dunia Helenistik, perpaduan luar biasa antara sejarah dan budaya, tidak dapat diciptakan tanpa permukiman baru ini. Permukiman baru tersebut menarik orang-orang Yunani ke timur secara berbondong-bondong.

Keluarga Ptolemeus, yang memimpin dinasti di Mesir yang bertahan hampir 3 abad, tidak akan pernah menguasai Mesir. Dan Cleopatra VII juga tidak akan menjadi ratu yang terkenal, jika Persia menaklukkan Aleksander Agung.

Jika Aleksander dikalahkan oleh Persia dalam Pertempuran Gaugamela pada 331 SM, maka sejarah akan berubah secara dramatis. “Namun tidak sepenuhnya,” jelas Holt. Saat itu, Aleksander telah merebut Mesir dan mendirikan Alexandria. Dan kota ini mungkin masih berkembang pesat.

Jika kekalahan terjadi kemudian—seperti ketika Aleksander berperang melawan Bessus, maka sejarah juga akan berbeda. Bessus memproklamirkan diri sebagai Raja Persia setelah Darius III terbunuh.

“Bisakah Bessus membangun kembali Persepolis atau mendapatkan kembali kendali atas Mesir dan Levant?” Holt bertanya-tanya. Levant adalah tanah di Mediterania timur. Levant mencakup wilayah yang sekarang menjadi Israel dan Lebanon serta sebagian wilayah Suriah, Yordania, dan wilayah terdekat lainnya.

Ada kemungkinan juga bahwa kekalahan oleh Bessus dapat menyebabkan kekuatan politik di Timur Tengah menjadi lebih terpecah-pecah. Jika wilayah itu tetap terbagi, Romawi mungkin telah memanfaatkan kelemahan itu sebelum dan sesudah menjadi kekaisaran pada tahun 27 SM.

“Pecahnya Eurasia dapat mempercepat perluasan Kekaisaran Romawi di luar bayangan kita,” kata Holt. “Dapatkah Anda membayangkan Nero menunggangi gajah di India? Inilah yang mungkin terjadi bila Persia mengalahkan Aleksander Agung,” tukas Holt.