CalyChar: Material Ajaib Penangkap Jutaan Ton Karbon yang Hemat Biaya

By Ade S, Selasa, 7 Januari 2025 | 08:03 WIB
Temukan CalyChar, material ajaib yang dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan. Solusi berbiaya rendah ini berpotensi menyelamatkan Bumi. (Gerd Altmann/Pixabay)

Nationalgeographic.co.idDalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim, para ilmuwan terus berinovasi mencari solusi yang lebih efisien dan ekonomis.

Salah satu terobosan terbaru datang dari kolaborasi antara Universitas Teesside dan Edinburgh, yang berhasil mengembangkan material inovatif bernama CalyChar.

Material ini diyakini mampu berperan signifikan dalam mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dibandingkan teknologi penangkapan karbon yang ada saat ini.

CalyChar merupakan pengembangan lebih lanjut dari hydrochar, sebuah bahan mirip arang yang dihasilkan dari proses hidrotermal karbonisasi (HTC) terhadap limbah organik.

Proses HTC melibatkan pemanasan limbah organik bersama air dalam kondisi tertentu, menghasilkan bahan padat yang kaya karbon. Namun, hydrochar memiliki keterbatasan dalam menangkap CO2 secara efektif dalam jangka panjang.

Untuk mengatasi hal ini, para peneliti menambahkan komponen khusus seperti asam amino dan metal oksida ke dalam hydrochar, menciptakan material hibrida yang disebut CalyChar.

Kombinasi bahan-bahan ini memberikan CalyChar kemampuan unik untuk menangkap dan menyimpan CO2 secara permanen dalam bentuk karbonat yang stabil.

Penelitian menunjukkan bahwa CalyChar memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi karbon secara global. Diperkirakan pada tahun 2030, material ini dapat menyerap hingga 3,5-5 juta ton CO2 di Inggris dan hampir 30 juta ton CO2 di seluruh dunia.

Yang lebih menggembirakan, biaya penangkapan CO2 menggunakan CalyChar diperkirakan hanya sekitar £100 (setara Rp2 juta) per ton, jauh lebih rendah dibandingkan teknologi penangkapan karbon langsung (Direct Air Capture/DAC) yang saat ini masih sangat mahal.

Keunggulan biaya yang signifikan ini, seperti dilansir laman decarbonfuse, menjadikan CalyChar sebagai solusi yang lebih menarik secara ekonomis untuk mengatasi masalah perubahan iklim.

Dengan potensi penyerapan karbon yang besar dan biaya yang terjangkau, CalyChar menawarkan harapan baru dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target netralitas karbon.

Baca Juga: Sanggup Serap Ratusan Juta Ton CO2, Terobosan Ini Diklaim Cocok Diterapkan di Indonesia

Proyek inovatif ini sendiri tidak hanya berfokus pada pengembangan material CalyChar yang mampu menyerap karbon dioksida secara efisien, tetapi juga menggali lebih dalam mengenai dampak lingkungan dari penerapan material hasil karbonisasi ini terhadap tanah dan lahan basah.

Kolaborasi dengan Tees River Trust, sebuah organisasi konservasi habitat sungai terkemuka di Inggris Timur Laut, menjadi langkah strategis untuk memastikan bahwa solusi yang ditawarkan tidak hanya efektif dalam mengurangi emisi, namun juga berkelanjutan secara ekologis.

Potensi aplikasi CalyChar ternyata sangat luas. Selain perannya sebagai penyerap karbon, material ini juga dapat diintegrasikan ke dalam bahan bangunan seperti bio-beton dan bio-semen.

Dengan demikian, CalyChar tidak hanya membantu mengurangi jejak karbon sektor konstruksi, tetapi juga menawarkan solusi penyimpanan karbon jangka panjang yang inovatif.

Prospek ini tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, namun juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor konstruksi dan pertanian.

Dalam konteks global yang semakin mendesak untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata bumi hingga 2°C, sebagaimana ditegaskan dalam pernyataan pers Konferensi Perubahan Iklim COP29 tahun ini, pengembangan teknologi seperti CalyChar menjadi semakin krusial.

Pengurangan emisi gas rumah kaca dari atmosfer kini bukan hanya sebuah pilihan, melainkan keharusan mutlak untuk menjaga kelestarian planet kita. Melalui proyek ini, para peneliti berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya global untuk mengatasi tantangan perubahan iklim.

Dr. Humbul Suleman, pemimpin proyek dan dosen senior di Sekolah Komputasi, Teknik & Teknologi Digital Universitas Teesside, menggambarkan CalyChar sebagai "langkah maju yang menarik".

Dengan kemampuannya yang ditingkatkan dalam menyerap CO2, material ini berpotensi menjadi solusi yang lebih ekonomis dan berkelanjutan dibandingkan dengan metode mitigasi iklim lainnya.

Suleman meyakini bahwa CalyChar dapat berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global.

Senada dengan Suleman, Prof. Ondřej Mašek dari Pusat Penelitian Biochar Inggris di Sekolah Geosains Universitas Edinburgh, menekankan pentingnya integrasi material inovatif seperti CalyChar dalam mencapai target nol emisi bersih.

Mašek menjelaskan bahwa Universitas Edinburgh, dengan keahliannya yang mendalam dalam teknologi biochar, berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi penangkapan karbon dari CalyChar.

"Bersama dengan Universitas Teesside, kami mengeksplorasi cara untuk mempercepat penerapannya dalam aplikasi dunia nyata, mulai dari pengayaan tanah hingga konstruksi berkelanjutan," papar Mašek.

Paul Rouse, manajer dana yang terlibat dalam proyek ini, menyoroti sinergi teknologi yang menjadi kunci keberhasilan CalyChar.

Rouse meyakini bahwa proyek ini tidak hanya akan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi perubahan iklim, tetapi juga akan mendorong inovasi berkelanjutan dan mendukung tujuan iklim Inggris.

"Ketika dunia menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin besar, inisiatif seperti CalyChar menawarkan harapan untuk masa depan yang lebih bersih dan hijau," ungkap Rouse.