Di balik sorotan media yang kerap menyudutkan mereka sebagai ancaman, para anggota partai ini justru mencurahkan perhatian besar pada kesejahteraan masyarakat, khususnya anak-anak. Program Sarapan Gratis untuk Anak Sekolah yang mereka inisiasi menjadi bukti nyata kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial.
"Anak-anak, yang banyak di antaranya belum pernah merasakan kenyang di pagi hari, menganggap Panthers 'keren' dan 'sangat baik'," tulis Sun Reporter. Bagi mereka, Black Panther Party bukan sekadar kelompok politik, melainkan pahlawan yang memberikan harapan dan mengisi perut mereka.
Program sarapan gratis ini bukan sekadar upaya filantropi semata, melainkan bagian integral dari perjuangan Black Panther Party untuk mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi bagi warga kulit hitam.
Dengan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak, mereka berharap dapat membangun generasi muda yang sehat, cerdas, dan siap untuk mengubah dunia.
Ketika Huey P. Newton dan Bobby Seale mendirikan Black Panther Party pada tahun 1966, fokus utama mereka adalah mengakhiri brutalitas polisi yang kerap menimpa warga kulit hitam di Oakland, California.
Namun, seiring berjalannya waktu, visi mereka semakin meluas. Terinspirasi oleh gerakan Black Power yang digagas oleh Stokeley Carmichael, mereka mulai menyadari bahwa perjuangan mereka tidak hanya terbatas pada isu-isu kriminalitas, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat kulit hitam, termasuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Awalnya, Black Panther Party dikenal karena patroli lingkungan yang mereka lakukan untuk mengawasi tindakan polisi. Namun, seiring waktu, mereka mulai mengembangkan berbagai program sosial, termasuk program sarapan gratis untuk anak sekolah.
Tidak hanya berhasil memenuhi kebutuhan dasar
Dilahirkan dari semangat kepedulian di sebuah gereja Episkopal di Oakland pada Januari 1969, program yang awalnya hanya menyajikan makanan bagi segelintir anak, dengan cepat berkembang pesat dalam hitungan minggu.
Anggota jemaat dan para sukarelawan bahu-membahu menyumbangkan waktu dan tenaga, berkeliling toko kelontong untuk mengumpulkan bahan makanan, berkonsultasi dengan ahli gizi untuk merancang menu sarapan yang sehat dan bergizi, serta menyiapkan makanan dengan penuh kasih sayang.
Hasilnya sungguh luar biasa. Para guru melaporkan perubahan signifikan pada perilaku dan prestasi belajar siswa yang mendapatkan sarapan gratis. Mereka tidak lagi terlihat mengantuk di kelas atau mengeluh sakit perut.
Baca Juga: Yasuke, Kisah Unik Samurai Kulit Hitam Pertama di Kekaisaran Jepang