Bagaimana Hewan Beradaptasi dengan Meningkatnya Kebakaran Hutan?

By Sysilia Tanhati, Minggu, 12 Januari 2025 | 10:00 WIB
Kebakaran hutan terjadi lebih sering dan lebih intens di berbagai wilayah dunia. Bagaimana hewan-hewan beradaptasi? (John McColgan)

Nationalgeographic.co.id—Kebakaran hutan terjadi lebih sering dan lebih intens di berbagai wilayah dunia. Para ilmuwan memperkirakan kebakaran hutan berkontribusi terhadap risiko kepunahan setidaknya 1.660 spesies hewan di seluruh dunia.

Namun, sebagian hewan mampu beradaptasi dengan makin meningkatnya kebakaran hutan. Apa saja yang mereka lakukan untuk bertahan dari kebakaran hutan?

Menunggu hingga api padam

Beberapa spesies telah mengembangkan cara untuk bertahan hidup dari kebakaran. Di Australia, misalnya, antechinus berkaki kuning, marsupial kecil mirip tikus, bersembunyi di liangnya yang dalam dan berbatu. Mereka bersembunyi dalam keadaan mati suri hingga api padam.

Kadal berleher jumbai menghindari jangkauan api dengan memanjat bukit atau pohon yang dipenuhi rayap. Namun, saat kebakaran hutan menjadi lebih intens atau berlangsung lebih lama, strategi tersebut dapat menjadi bumerang. Jika api mencapai terlalu tinggi atau api menjadi terlalu panas atau berkobar terlalu lama, bahkan hewan-hewan ini akan mati.

Pelari yang lebih cepat

Spesies lain yang telah lama hidup di daerah rawan kebakaran melakukan apa yang dilakukan manusia. Mereka mengungsi secepat mungkin. Di Amerika Serikat, kadal pagar timur dapat berlari lebih cepat bila habitatnya terbakar.

Namun, tidak jelas apakah ini karena seleksi alam, yang mungkin terjadi jika kadal tidak dapat berlari lebih cepat dari api dan mati. Atau apakah mungkin ada alasan lain mengapa hewan-hewan tertentu menjadi lebih cepat di habitat yang baru saja terbakar.

Memanfaatkan lanskap setelah kebakaran

Beberapa hewan menggunakan lanskap pasca-kebakaran untuk keuntungan mereka. Di California, misalnya, burung hantu tutul sering kali menyusuri tepi hutan yang terbakar parah. Ia berburu mamalia kecil, yang menonjol di antara tanah yang hangus.

Dan hewan lain, seperti pelatuk punggung hitam, bergantung pada kebakaran hutan untuk makanan dan tempat berlindung. Mereka memakan larva kumbang yang hidup di pohon-pohon mati di hutan yang baru saja terbakar. Kemudian membuat sarang di rongga pohon yang mati.

Baca Juga: Seperti 'Neraka', Mengapa Kebakaran Los Angeles Sulit Dipadamkan?

Masih harus dilihat apakah mereka dapat beradaptasi dengan dunia kebakaran hutan yang sangat intens saat ini.

Berbaur

Bertahan hidup dari kebakaran adalah satu hal; bertahan hidup setelahnya adalah hal lain. Sama seperti ngengat berwarna gelap di Inggris berevolusi. Alhasil, jumlahnya lebih banyak daripada ngengat putih saat Revolusi Industri melapisi batang pohon dengan jelaga. Beberapa hewan saat ini cenderung lebih gelap di tempat-tempat yang kebakaran hutannya baru-baru ini terjadi atau sering terjadi.

Belalang kerdil warnanya bisa berkisar dari hitam hingga hampir putih. Namun, spesies ini 50 persen lebih mungkin berwarna hitam di beberapa bagian Swedia yang terkena kebakaran hutan. Kemungkinan agar mereka kurang terlihat oleh predator.

Di daerah dataran pantai di tenggara Amerika Serikat, ada lebih banyak warna bulu pada tupai rubah. Dari hitam pekat hingga agouti (coklat keabu-abuan) hingga abu-abu pucat.

“Kebakaran menciptakan berbagai kondisi lingkungan yang dapat berubah dengan cepat. Karena itu, tidak ada satu warna pun yang akan selalu menjadi yang terbaik di daerah yang rawan kebakaran,” jelas Alex Potash, peneliti pascadoktoral di Universitas Florida.

Jadi populasi mempertahankan variasi warna yang luas di antara individu. Di sisi lain, lahan pertanian relatif stabil. Hal ini menciptakan kekuatan selektif untuk satu warna tupai terbaik di area tersebut, umumnya abu-abu keperakan pucat.

Perubahan tersebut menunjukkan bahwa mungkin ada cara bagi spesies ini untuk beradaptasi dengan perubahan lanskap akibat kebakaran. Setidaknya, jika mereka selamat dari kobaran api terlebih dahulu.

Misalnya pada burung unta Temminck, burung yang bersarang di tanah di Afrika sub-Sahara. Semua betina bertelur hitam keabu-abuan yang menyatu sempurna dengan petak-petak sabana yang baru saja terbakar di tempat tinggal mereka.

Diperlukan gen yang kuat

Agar hewan berevolusi sebagai respons terhadap kebakaran yang lebih sering terjadi, variasi genetik sangat penting. Belum ada studi genetik yang khusus untuk adaptasi kebakaran.

Baca Juga: Google Kembangkan FireSat yang Bisa Bantu Deteksi Kebakaran Hutan Indonesia

Namun sebuah studi tahun 2020 menemukan sejumlah besar variasi genetik yang mengejutkan pada 19 spesies yang diteliti dengan baik. Studi menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut memang memiliki kemampuan untuk berevolusi dengan cepat.

Namun, ada beberapa bukti bahwa kebakaran yang lebih sering terjadi atau lebih besar dapat membahayakan variasi genetik. Di Australia tenggara, misalnya, populasi burung emu Mallee asli semakin sedikit dan terisolasi karena kebakaran hutan. Hal ini mencegah mereka bercampur dan menyebabkan mereka kehilangan keragaman genetik seiring waktu.

Burung kaktus di pesisir California selatan menghadapi tantangan serupa. Sebaliknya, kebakaran dapat membantu spesies lain terhubung. Di Taman Nasional Yosemite, lupin sering kali menggantikan vegetasi lain yang terbakar, yang memungkinkan populasi kupu-kupu biru Boisduval berkembang dan berbaur.

Secercah harapan

Peningkatan pengelolaan kebakaran juga dapat memainkan peran penting dalam melindungi hewan di Pirosen.

Mencegah kebakaran yang tidak disengaja itu penting. Tetapi kebakaran adalah bagian alami dari banyak ekosistem. Jadi, kita harus menciptakan kondisi di mana api dapat membakar dengan cara yang aman. Selain itu, kita perlu melakukan tindakan yang bisa mencegah kebakaran yang lebih besar dan lebih hebat.

Pembakaran terkendali dapat mencegah beberapa kebakaran hebat yang tidak mungkin dapat ditanggung hewan. Selain itu, juga dapat membantu mempertahankan adaptasi hewan terhadap api dengan memberi penghargaan kepada hewan yang paling mampu beradaptasi. Serta menyingkirkan hewan yang tidak akan mampu bertahan dalam kebakaran hutan yang sebenarnya.

Kebakaran terkendali juga dapat memberikan pengenalan terhadap api bagi hewan yang tidak berpengalaman atau tidak beradaptasi dengannya. Alhasil, ini memberi mereka kesempatan untuk belajar apa yang harus dilakukan ketika keadaan menjadi lebih buruk.

Banyak spesies mungkin tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat. Namun, ada secercah harapan bahwa beberapa dari mereka akan mampu bertahan.