Nationalgeographic.grid.id—Raksasa teknologi Google sedang mengembangkan konstelasi satelit khusus yang mampu mendeteksi dan melacak kebakaran hutan seukuran ruang kelas sekolah.
Dikenal sebagai FireSat, konstelasi orbit Bumi rendah (LEO) ini akan memberikan citra beresolusi tinggi yang diperbarui setiap 20 menit. Google juga akan menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memproses citra satelit tersebut sehingga bisa menyediakan informasi hampir secara real-time tentang lokasi, ukuran, dan intensitas kebakaran hutan tahap awal.
Didukung oleh pendanaan Google sebesar 13 juta dolar AS atau setara Rp 204 triliun, proyek kolaboratif ini akan meluncurkan satelit pertama konstelasi tersebut pada awal tahun 2025.
“FireSat adalah program yang kami mulai dengan para ahli satelit dan sejumlah lembaga nirlaba,” kata Chris Van Arsdale, pemimpin grup Climate & Energy di Google Research dalam agenda Google Virtual Roundtable: FireSat pada September lalu.
“Ini akan menjadi konstelasi satelit baru di orbit Bumi rendah, yang mampu melihat seluruh dunia setiap lima belas hingga dua puluh menit dan menemukan kebakaran, baik saat api mulai menyala maupun saat api berkembang sepenuhnya.”
Sebagai bagian dari proyek tersebut, penelitian Google bekerja sama dengan Muon Space dan Environmental Defense Fund untuk mengembangkan sensor inframerah khusus. Tim tersebut menerbangkan sensor di atas kebakaran terkendali untuk memvalidasi model deteksi kebakaran dan menetapkan kumpulan data dasar untuk AI.
Citra satelit yang saat ini digunakan untuk pemadaman kebakaran aktif hanya tersedia dalam resolusi rendah atau diperbarui hanya beberapa kali sehari, sehingga sulit untuk mendeteksi kebakaran yang lebih kecil dari lapangan sepak bola.
Setelah FireSat beroperasi, fitur ini akan menggunakan data dasar tersebut untuk membandingkan dengan cepat setiap titik berukuran 5x5 meter di Bumi dengan citra sebelumnya, sekaligus memperhitungkan faktor-faktor seperti infrastruktur di dekatnya dan cuaca lokal untuk menentukan apakah memang ada kebakaran.
“Kami menyadari salah satu masalah utamanya adalah tidak banyak data yang bagus tentang bagaimana kebakaran menyebar atau di mana kebakaran itu terjadi separuh waktu,” kata Var Arsdale.
“Karena dalam citra satelit Bumi, ada banyak hal yang dapat disalahartikan sebagai kebakaran: awan, pantulan sinar matahari...sesuatu yang panas, seperti cerobong asap, semua hal ini dapat terlihat seperti api, terutama saat Anda melihat piksel yang relatif kasar."
Baca Juga: Dari Tahun ke Tahun, Deforestasi dan Kebakaran Hutan Menghabisi Amazon
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR