Meskipun fondasi yang kuat telah diletakkan oleh Ptolemaios I Soter dan Ptolemaios II Philadelphus, Alexandria tidak berhasil berkembang atau kembali ke kejayaannya yang dahulu. Kemunduran Alexandria dari masa pemerintahan Ptolemaios III Euergetes hingga Cleopatra VII ditandai oleh serangkaian tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang pada akhirnya menyebabkan runtuhnya dinasti Ptolemaik.
Kota yang dulu perkasa kehilangan kemegahannya selama periode ini, yang berlangsung dari pertengahan abad ketiga SM hingga abad pertama SM. Stabilitas politik kerajaan melemah akibat sengketa suksesi yang sering terjadi dan kerusuhan sipil.
Kampanye militer yang mahal, pengeluaran kerajaan yang berlebihan, serta pengelolaan sumber daya yang buruk membebani keuangan kerajaan, yang mengakibatkan peningkatan pajak dan ketidakpuasan masyarakat.
Secara budaya, karakter Helenistik Alexandria yang khas mulai memudar, diperburuk oleh meningkatnya ketegangan sosial antara elite Yunani kuno dan penduduk asli Mesir.
Penguasa Ptolemaik Terakhir: Cleopatra VII
Meskipun kejayaan Alexandria telah memudar, tokoh paling terkenal dalam sejarah Ptolemaik, dan mungkin dalam seluruh sejarah Alexandria, adalah penguasa terakhirnya, Cleopatra VII. Cleopatra VII Thea Philopator dikenal sebagai penguasa aktif terakhir dari Kerajaan Ptolemaik Mesir dan merupakan salah satu figur paling ikonik dalam sejarah dunia.
Cleopatra lahir pada tahun 69 SM sebagai anggota dinasti Ptolemaik, keluarga keturunan Yunani yang memerintah Mesir setelah kematian Alexander Agung. Ia naik takhta pada tahun 51 SM. Awalnya, ia memerintah bersama ayahnya, Ptolemaios XII, sebelum akhirnya berbagi kekuasaan dengan saudara-saudaranya, yang ia nikahi sesuai tradisi Mesir.