Bahkan jika mereka tidak menggunakan alat pembersih, mereka juga berisiko terinfeksi dari marmer tempat mereka duduk. Lagipula, karena bangunan-bangunan itu sangat remang-remang, beberapa orang pasti tidak akan melihat lubang-lubang itu.
Setelah membersihkan diri sebaik mungkin, pengguna foricae akan mencelupkan tangan mereka ke dalam amphora berisi air. Atau mereka sekadar melanjutkan aktivitas mereka.
Foricae membantu menjaga jalan-jalan di Roma tetap bersih. Sayangnya, penyebaran penyakit terus menjadi masalah yang mendesak di masa itu. Dan kondisi di foricae sering kali membuat kaum elite menjauhi tempat ini. “Kecuali jika itu adalah keadaan darurat yang mengerikan,” tambah Morger.
Apa yang diceritakan toilet kuno kepada kita tentang hierarki sosial Romawi?
Para sejarawan menekankan bahwa toilet umum Romawi kuno hampir secara eksklusif diperuntukkan bagi non-elite. Alih-alih berbagi tempat dengan rakyat biasa, kelas atas akan menggunakan jamban pribadi di tempat tinggalnya sendiri.
Selain itu, pispot memungkinkan kaum elite untuk buang air di vila dengan sedikit bau yang tertinggal. Para budak dipaksa untuk mengosongkan dan membersihkan pispot ini. Dan mereka sering kali membuang isinya ke taman.
Orang-orang kelas atas adalah orang-orang yang memerintahkan pembangunan foricae dan membayar pembangunannya. Namun mereka jelas tidak ingin dikaitkan dengan toilet umum. Karena itu, mereka menolak untuk menuliskan nama mereka di jamban untuk mengidentifikasi dirinya sebagai dermawan.
Bagi para buruh, pedagang, dan budak, foricae sering kali menjadi satu-satunya pilihan yang mereka miliki untuk menggunakan toilet. Meskipun toilet umum Romawi secara teknis tidak dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar penggunanya adalah laki-laki. Hanya sedikit perempuan (sebagian besar dari mereka adalah budak) yang pergi ke foricae jika mereka benar-benar perlu.
“Jamban umum dibangun di area kota tempat para lelaki melakukan urusan. Mungkin seorang gadis yang diperbudak yang dikirim ke pasar akan memberanikan diri masuk. Hal ini dilakukan terpaksa, meskipun ia takut dirampok atau diperkosa. Namun, seorang wanita Romawi dari kalangan elite tidak akan terlihat di sana,” Koloski-Ostrow.
Anehnya, bagi beberapa pengunjung foricae, toilet kuno tidak hanya menjadi tempat untuk buang air, tetapi juga tempat untuk bersosialisasi. Tidak jarang, mereka berdiskusi tentang politik, olahraga, dan gosip. Permainan kuno bahkan ditemukan di beberapa situs.
Foricae juga telah mengungkap spiritualitas orang Romawi. Di beberapa situs, peneliti menemukan mantra untuk menangkal kejahatan dan persembahan kepada dewa. Apakah simbol-simbol ini dimaksudkan untuk melindungi orang dari kengerian hidup secara umum atau risiko foricae masih belum jelas.
Baca Juga: Singkap Praktik Suap dalam Politik di Yunani Kuno dan Romawi Kuno