Mengapa para Gadis Remaja Kehilangan Minat pada Sains dan Teknologi?

By Ade S, Rabu, 12 Februari 2025 | 12:03 WIB
Ilustrasi peneliti perempuan. (Yaroslav Shuraev/Pexels.com)

Nationalgeographic.co.id—Meskipun dunia saat ini sangat membutuhkan bakat di bidang teknologi dan sains, sebuah fenomena mengkhawatirkan terungkap: minat anak perempuan terhadap sains cenderung menurun drastis seiring dengan bertambahnya usia, terutama ketika mereka memasuki masa remaja.

Penelitian terbaru dari Microsoft bahkan menunjukkan bahwa penurunan minat yang cukup 'mendadak' ini mulai terlihat nyata pada usia 16 tahun. Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam peringatan 10 tahun Hari Perempuan dan Anak Perempuan Internasional dalam Sains, yang diperingati setiap tanggal 11 Februari.

Inisiatif global ini bertujuan untuk mengatasi berbagai hambatan sosial dan ekonomi yang masih menghalangi kesetaraan gender dalam karier di bidang sains dan teknologi.

Sejak tahun 2015, UN Women dan UNESCO secara aktif memanfaatkan momen penting ini untuk terus mempromosikan akses penuh dan setara bagi perempuan dan anak perempuan di dunia sains.

Namun, realitas yang ada masih jauh dari ideal. Secara global, perempuan masih sangat kurang terwakili dalam dunia penelitian ilmiah, hanya mencakup 33,3 persen dari total peneliti di seluruh dunia.

Ironisnya, perempuan peneliti ini rata-rata menerima hibah dan beasiswa penelitian yang lebih sedikit dibandingkan dengan rekan pria mereka. Lebih memprihatinkan lagi, angka terbaru dari PBB mengungkapkan bahwa perempuan hanya menduduki 12 persen kursi keanggotaan di akademi ilmu pengetahuan nasional di berbagai negara.

Di bidang pendidikan tinggi, ketidakseimbangan gender ini juga tercermin dengan jelas. Di seluruh dunia, hanya 35 persen mahasiswa di bidang sains, matematika, teknik, dan teknologi (STEM) yang merupakan perempuan.

Di Spanyol, data terbaru dari INE tahun 2022 menunjukkan bahwa pada tahun 2020, persentase lulusan perempuan STEM per 1.000 penduduk berusia antara 20 dan 29 tahun hanya mencapai 13 persen, jauh tertinggal dibandingkan dengan laki-laki yang mencapai 32,6 persen.

Meskipun pada tahun akademik 2022-2023, perempuan mendominasi jumlah mahasiswa di beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan kesehatan atau biologi.

Namun keterwakilan mereka sangat minim di bidang ilmu komputer, hanya 14,6 persen, dan kurang dari 30 persen di program-program teknik bergengsi seperti telekomunikasi, kedirgantaraan, atau teknologi industri, menurut data dari Kementerian Pendidikan Spanyol.

Kondisi serupa juga terjadi di tingkat Uni Eropa. Rata-rata, perempuan hanya mencakup 32,8 persen dari lulusan pendidikan tinggi STEM di negara-negara Uni Eropa. Lebih mengkhawatirkan, pertumbuhan keterwakilan perempuan di bidang STEM ini sangat lambat, hanya meningkat 0,3 persen antara tahun 2020 dan 2021, berdasarkan analisis terbaru dari Eurostat.

Baca Juga: Bersepeda ke Kantor Buat Kita Lebih Jarang Sakit, Ini Penjelasan Ilmiahnya