Nationalgeographic.co.id—Selama ini, kita kerap menyepelekan hewan kecil yang satu ini. Keberadaan nyamuk seringkali hanya dikaitkan dengan hal-hal yang negatif saja seperti penyebaran penyakit dan lingkungan yang kotor.
Kita bahkan tidak pernah tahu bahwa seekor nyamuk ternyata memiliki rahasia tersembunyi yang cukup mengejutkan. Faktanya, setelah para peneliti sains menguak rahasia ini, ada manfaat yang besar yaitu sebuah terobosan teknologi yang dapat membantu banyak orang.
Tahukah Anda, nyamuk memiliki antena. Kita tidak akan tahu jika tidak melihatnya melalui mikroskop. Nah, antena nyamuk inilah yang saat ini diteliti oleh para ilmuwan.
Para peneliti menguak rahasia antena nyamuk, mengungkap bagaimana serangga ini mendeteksi suara dengan presisi yang luar biasa.
Dengan meniru strukturnya, para ilmuwan berharap dapat merevolusi respons bencana, menciptakan sensor yang terinspirasi dari biologi yang dapat mendeteksi sinyal marabahaya samar di tengah lingkungan yang kacau.
"Kami masih dalam tahap awal, tetapi kami cukup optimis bahwa kami setidaknya akan belajar banyak," kata Pablo Zavattieri, Profesor Teknik Sipil Jerry M. and Lynda T. Engelhardt di Fakultas Teknik Purdue, yang memimpin penelitian ini.
"Mengambil inspirasi dari alam dan menggunakannya untuk memajukan penelitian ilmiah telah menjadi fitur inti teknik sejak awal," tambahnya.

Ia bersama rekannya Ximena Bernal, melakukan penelitian terhadap antena nyamuk dan mengungkap hal-hal mengejutkan yang ada pada antena tersebut. Hasil penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal Acta Biomaterialia pada 16 Desember 2024 berjudul “Mechanistic insights into mosquito antennal architecture for auditory adaptations.”
Setelah memahami kemampuan antena nyamuk dalam mendeteksi getaran, para ilmuwan berharap dapat meningkatkan metode untuk memantau dan mendeteksi bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
Meskipun tidak memiliki telinga tradisional, nyamuk mengandalkan antena mereka untuk menavigasi lanskap pendengaran, mencari suara-suara penting di tengah kebisingan latar belakang kepakan sayap mereka sendiri.
Baca Juga: Alasan Ilmiah Gigitan Nyamuk Sebabkan Rasa Gatal Berbeda untuk setiap Orang
Melalui analisis fitur antena nyamuk — khususnya susunan dan morfologi rambut sensorik — professor Zavattieri dan konstruksi sekaligus peneliti tim Phani Saketh Dasika (MSCE ’23) mengatakan bahwa mereka telah memperoleh wawasan mendalam tentang bagaimana adaptasi ini meningkatkan kepekaan pendengaran dan respons selektif terhadap isyarat lingkungan.
“Dengan menggunakan pencitraan mikro-CT canggih untuk membuat model CAD fidelitas tinggi untuk analisis elemen, kami menemukan bahwa fitur arsitektur antena nyamuk memungkinkan deteksi target akustik khusus spesies dan jenis kelamin, bahkan di tengah sinyal nontarget seperti kepakan sayapnya sendiri,” kata Dasika.
Ia juga menambahkan, “Temuan kami juga menunjukkan bahwa antena nyamuk mampu mendeteksi rentang frekuensi yang lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya, meskipun tidak semua frekuensi ini dapat digunakan secara aktif.”
“Bayangkan lingkungan perkotaan yang dilengkapi dengan sensor yang terinspirasi dari biologi, mirip dengan ‘telinga besar’, yang mampu membedakan suara tertentu di tengah hiruk pikuk kehidupan kota,” kata Zavattieri.
“Pada saat krisis — seperti gempa bumi atau bencana lainnya — sensor ini menjadi sangat berharga, dengan cepat mendeteksi sinyal-sinyal samar tentang bahaya dan mengarahkan upaya penyelamatan kepada mereka yang membutuhkan.”
Material ini juga, menurut Zavattieri, berpotensi menggabungkan saluran mikrofluida atau metamaterial yang dapat disetel. Dengan begitu dapat digunakan untuk membuat panel kedap suara untuk bangunan, headphone peredam kebisingan, atau bahkan perangkat penyembunyian akustik.
Saat ini, tim peneliti sedang fokus pada pembuatan ulang antena melalui pencetakan 3D, menggunakan berbagai bahan dan berbagai ukuran untuk pengujian frekuensi.